Malam Sharing Pertama

Keindahan Kopel

Kegiatan Hari Kedua

Hari Pertama di Desa

Pages

Narasi Sangaji Rahmanu

2/9/10




Sabtul 16 Januari 2010, merupakan hari keberangkatan siswa SMA negeri 3 Semarang ke kecamatan Patean untuk mengikuti program sekolah yaitu Live In. Pagi hari sekitar menjelang pukul 7 pagi, lapangan SMA 3 sudah dipenuhi oleh siswa kelas X yang terlihat sudah siap mengikuti Live In, termasuk juga saya. Satu tas besar dan satu tas kecil menjadi barang yang akan saya bawa.

Pukul 7 pagi, upacara pemberangkatan dilaksanakan, bapak kepala sekolah beramanat sejenak, lalu secara simbolis memakaikan topi merah sebagai tanda peserta Live In. Seusai upacara seluruh siswa mengecek barang-barang yang dibawa dan memasuki bis masing-masing. Bis nomor 13, bis yang mengangkut siswa kelas X olimpiade menjadi amat sesak karena banyaknya barang yang dibawa.

Perjalanan sekitar 3 jam menuju kecamatan Patean menjadi tidak terasa karena di dalam bis teman-teman saya mengisinya dengan bersenda gurau. Sesampainya di kantor kecamatan seluruh peserta Live In disambut oleh camat Patean. Setelah itu bis-bis menuju desa tujuan masing-masing, dan desa tujuan kelas saya, bersama dengan kelas X 7 dan XI susulan, adalah Desa Sukomangli. Desa Sukomangli dicapai kira-kira dalam waktu 20 menit dari kantor kecamatan.

Sesampainya di desa tujuan, di sekitar balai Desa Sukomangli terlihat dipenuhi oleh para orang tua asuh yang menunggu. Setelah para peserta Live In masuk ke balai desa, kami dipanggil persatu pasang dan bertemu dengan orang tua asuh kami lalu langsung menuju ke rumah yang akan kami tinggali selama 4 hari 3 malam. Saya dan Abrar, teman serumah saya, mendapati rumah yang akan kami tinggali adalah rumah yang cukup bagus serta nyaman. Orang tua asuh kami bernama bapak Kasmin, beliau memiliki beberapa pekerjaan mulai dari berkebun hingga membersihkan SD setempat.

Sekitar pukul 3 sore, saya dan teman-teman sekelas saya berkumpul lalu berjalan menuju hutan karet untuk sekedar berfoto-foto serta memandangi pemandangan yang ada di sekeliling. Udara yang sejuk serta cuaca yang tidak begitu panas menyelimuti Desa Sukomangli sore itu. Karena sore itu belum ada kegiatan bersama orang tua asuh maka kami hanya mengisinya dengan bersantai-santai.

Menjelang malam, saya bersiap ke balai desa untuk mengikuti sharing bersama teman sekelas saya, kelas XI susulan dan wali kelas. Walaupun malam itu hujan cukup deras, tidak mengurangi semangat kami menceritakan tentang orang tua asuh, rumah serta rencana esok hari. Sharing malam itu berakhir sekitar pukul 10 malam, kami pun pulang dan beristirahat untuk kegiatan esok hari.

Pagi harinya kami mendengar ada berita duka, seorang warga Desa Sukomangli meninggal dunia, rencana kegiatan hari itu berubah. Saya dan Abrar diajak Pak Kasmin untuk ikut membantu menggali kuburan. Saat sampai di makam sudah terlihat ada banyak orang di sana, yang akan bergotong royong menggali kuburan. Di sana saya juga bertemu empat teman saya yang ternyata juga diajak oleh orang tua asuhnya. Memotong-motong bambu, memindahkan tanah serta mengeduk tanah adalah kegiatan yang kami lakukan di sana. Sekita 1,5 jam lamanya akhirnya pekerjaan kami selesai. Lalu jenazah di bawa ke makam diiringi para pelayat. Setelah jenazah selesai dimakamkan dan didoakan, kami pun pulang dan beristirahat.

Sore hari menjelang, sekitar pukul 3 sore, Pak Kasmin mengajak saya dan Abrar menuju kebun, yang disebutkan di sana ditanami kopi. Di kebun tersebut, kami diajari Pak Kasmin teknik menyambung tanaman kopi yang dimaksudkan untuk mendapatkan kopi yang berkualitas baik. Setelah itu kami pulang sejenak lalu pergi lagi menuju ladang jagung, di sana kami membersihkan saluran irigasi yang tersumbat oleh tumbuh-tumbuhan.

Sekitar pukul 5 sore kami pergi ke lapangan sepakbola yang berada di sebelah makam, mengetahui akan ada pertandingan sepakbola di sana, pemuda Desa Sukomangli berhadapan dengan orang-orang dari Mijen. Walau tidak melihat pertandingan sepenuhnya, tapi saya tahu bahwa Sukomangli menang 7-1.

Pukul setengah 7 malam, seperti hari sebelumnya, kami berkumpul di balai desa untuk melakukan sharing, menceritakan berbagai kegiatan yang kami lakukan bersama dengan orang tua asuh masing-masing. Kami semua tertawa mendengarkan berbagai cerita lucu mengenai kegiatan di hari itu.

Keesokan harinya, Pak Kasmin mengajak saya dan Abrar ke SD Sukomangli. Kami berencana akan mmenyapu halaman sekolah serta membantu pak Kasmin menyemen satu bagian di sekolah, tapi sebelum itu kami menunggu para siswa melaksanakan upacara bendera karena hari itu adalah hari Senin. Membersihkan halaman sekolah dari dedaunan tidaklah mudah karena pagi itu angin bertiup cukup kencang. Setelah selesai dengan menyapu, kami membantu Pak Kasmin mengambil pasir, mengangkut semen lalu membuat adonan semen yang digunakan untuk membuat semacam jalan kecil dari semen.

Matahari sudah berada di atas kepala, kami pun pulang untuk beristirahat dan makan siang. Pukul 1 siang seluruh peserta Live In di Desa Sukomangli berkumpul di balai desa, kami akan diajak ke pabrik karet dan berkeliling. Kami melihat proses pembuatan karet dari yang masih berbentuk getah hingga yang sudah dikemas dan siap dikirim. Kami boleh mengambil foto di sini, namun foto tersebut tidak boleh dipublikasikan.

Seusai dari pabrik karet, kami memutuskan untuk bermain bola di lapangan bersama anak-anak Desa Sukomangli. Perlu diketahui, lapangan sepakbola di sana kualitasnya sangat baik, dengan ukuran yang katanya standar internasional dan rumput yang rata. Kami bermain hingga lupa waktu dan selesai karena merasa sudah lelah.

Saya pulang ke rumah, lalu tidur hingga menjelang maghrib. Setelah bangun, saya, Abrar dan orang tua asuh kami makan malam bersama, kami mengobrol hingga ada teman yang menghampiri untuk sharing malam terakhir. Malam ini, saya dan teman sekelas saya ditambah kelas XI susulan berkumpul di rumah orang tua asuh Mahardika.

Kami mendengarkan cerita dari orang tua asuh Mahardika tentang hidupnya yang susah dan penuh perjuangan, kami pun bisa memetik banyak hal dari cerita beliau. Seusai acara sharing, kami tidak langsung pulang, namun berkumpul dan bercerita dahulu sambil menunggu teman dari X 7 selesai dengan sharing-nya. Walau jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam, tapi kami belum merasa mengantuk. Setelah teman sekamar kami selesai, kami pulang ke rumah dan tidur.

Esok pagi saya langsung berkemas-kemas karena hari itu adalah hari kepulangan kami. Saya menyempatkan untuk berjalan-jalan pagi sejenak bersama beberapa teman saya. Setelah mengetahui bis sudah datang, saya dan Abrar pamit, tidak lupa untuk berfoto bersama. Pak Kasmin memberi kami oleh-oleh yaitu krupuk dan jagung.

Di balai desa sudah ramai oleh para peserta Live In yang bersiap untuk pulang. Setelah penyerahan plakat kepada kepala desa, kami bersalaman dengan para orang tua asuh dan berpamitan. Bis pun berangkat kembali ke SMA 3. Live In menjadi salah satu pengalaman yang mengesankan serta tidak terlupakan bagi saya, dan seluruh peserta Live In tentunya.

0 komentar:

Post a Comment