Malam Sharing Pertama

Keindahan Kopel

Kegiatan Hari Kedua

Hari Pertama di Desa

Pages

Narasi SSM Putri

1/30/10





Sabtu, 16 Januari 2010
Malam sabtu, saya telah mereset alarm pukul 05.00 am untuk keesokan harinya. Sabtu pagi, alarm berbunyi sesuai waktu . Namun saya hanya terbangun untuk mematikannya. Pukul 05.35 saya baru bangun dan hal pertama yang saya lakukan adalah update status di jejaring sosial facebook. Padahal ‘packing’ saya belum selesai dipagi itu. Terburu-buru memang, namun syukurlah tidak ada barang yang tertinggal. Pukul 06.10 saya berangkat menuju SMAN 3 SEMARANG. Dengan diantar oleh orang tua saya, saya melaju menuju smaga dengan kecepatan penuh. Sesampainya dismaga ternyata upacara pembukaan belum dimulai, bahkan saya masih sempat ‘bergosip’ dengan teman lain kelas bahkan berfoto-foto dengan anak-anak kelas X-OLIMPIADE ‘fruit family’.

Setelah upacara pembukaan kami menuju bus kami, bus nomor 13. Awalnya kami sempat berbahagia karena bus yang kami tumpangi bertuliskan ‘BUS AC’ , namun itu hanyalah tulisan belaka. Sialnya, bus tersebut memiliki 27 kursi , padahal anak X-OLIMPIADE berjumlah 32, belum lagi kenek dan sang wali kelas Pak Ichwan. Alhasil Rachmaniar Ratrianti, Putu Sadhvi Sita dan Yasinia Anisa duduk diatas koper yang diletakkan diantara kursi. SEdangkan Yoga dan Mahardika harus berdiri bergantian karena terbatasnya tempat duduk yang tersedia. Beruntunglah saya karena saya berhasil mendapatkan tempat duduk didalam bus dengan perjuangan yang keras. Didalam bus kami bercakap seru, bernyanyi bersama bahkan mendengarkan doa dari Ghamdan.

Sesampainya di Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal kami diharuskan untuk upacara di Kecamatan Patean bersama Pak Camat dan Kepala Desa setempat. Dari X-1 hingga X-Akselerasi juga kelas XI susulan berkumpul di halaman Kecamatan Patean. Setelah mendapat sambutan dari Bapak Camat setempat, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Sukomangli, tempat kami akan menjalankan kegiatan live in. Berhubung kelas XI susulan juga akan menjalankan kegiatan live in di desa yang sama , maka siswa-siswa XI susulan juga menumpangi bus 13 . Bus yang sebelumnya penuh sesak dengan berbagai isinya, kini menjadi lebih parah. Bus 13 ditambah siswa kelas XI beserta barang bawaannya. BIsa dibayangkan betapa sesaknya keadaan didalam bus. Bahkan Novan(XI-Olimpiade) harus duduk diatas sandaran kursi saya.

Saat itu saya hanya bias berdoa semoga sang sopir tidak mengerem mendadak.
Setelah perjalanan yang menyeramkan, berkelak-kelok menuju desa Sukomangli akhirnya kami sampai di balai desa Sukomangli bersama XI susulan dan X7. Dibalai desa Sukomangli telah bersiap para orang tua asuh yang akan menjemput anak asuh mereka selama 3 hari didesa tersebut. Singkat waktu, kami langsung diserahkan kepada orang tua asuh kami. Kebetulan orang tua asuh saya dan Tia Kansha(X-Olimpiade) adalah Bapak Misem dan Ibu Nardi. Kami langsung menuju rumah Bapak Misem di RT 03.

Ternyata dari balai desa menuju rumah kami tidaklah jauh, hanya sekitar 3 menit. Dari luar rumah Bapak Misem cukup bagus. Runah bercat hijau dengan pohon rambutan didepan rumah beserta banyak tanaman bunga itu nantinya akan menjadi tempat tinggal kami selama 3 hari.

Kami kemudian bercakap-cakap diruang tamu yang disitu terdapat sofa kecil dan meja kecil sederhana. Setelah bercakap-cakap dan beramah tamah kami langsng dipersilahkan menuju kamar kami didekat ruang tamu. Kamar kami sempit, mungkin hanya 2x3m , disana tersedia ranjang kecil yang permukaanya tidak rata sehingga sedikit tidak nyaman jika ditiduri. Dipojok ruangan terdapat lemari kecil yang berdebu, dan didepannya terdapat meja kecil dengan vas bunga diatasnya sebagai penghias.

Kamar ini sangat berbeda dengan keadaan ruang tamu yang bercat rapi, kamar ini hanya bertembokkan papan yang sedikit keropos dibagian-bagian tertentu. Dan saat melihat langit langit rumah, kami baru sadar kalau langit-langit itu terbuat dari karung bekas tepung yang bertuliskan ‘SRIBOGA tepung terigu’. Bagaimanapun juga inilah keadaannya, kami tidak bias meminta lebih. Mungkin inilah salah satu tujuan dari kegiatan ini, menghargai apapun yang diberikan untuk kita.

Seusai membereskan seluruh barang bawaan kami, kamipun menuju dapur dan menemukan ibu sedang memasak kangkung. Kamipun membantu dengan pengetahuan memasak yang minim.

Setelah selesai membantu memasak dan makan siang, kami memutuskan untuk berjalan jalan sekadar mengenal lingkungan disekitar desa sukomangli. Ditengah jalan kami bertemu shena dan kami memutuskan untuk menyusul teman-teman lain yang sedang berjalan-jalan bersama pula. Seakan hari itu bukanlah hari keberuntungan kami, kamipun tidak menemukan satupun dari mereka. Akhirnya kami berjalan-jalan sendiri dan kami menemukan sebuah lapangan sepak bola disamping kuburan dan diantara kebun karet yang sangat indah. Usai bermain-main kami akhirnya kembali kerumah mengingat hari sudah mulai gelap.

Sesampainya dirumah, kami mandi kemudian terlelap karena terlalu lelah setelah perjalanan panjang tadi ditambah jalan-jalan sore yang lumayan melelahkan. Seakan baru memasuki alam mimpi tiba-tiba kami dibangunkan oleh sebuah suara. Dan ternyata itu adalah Ibu Emi yang tanpa permisi langsung ada dalam kamar kami. Ibu Emi menyuruh kami bangun dan beraktifitas, padahal tidurpun kami belum sampai lma menit.

Jam 19.30 kami menuju ke balai desa untuk acara sharing. Dalam acara ini kami diminta untuk menceritakan kesan pertama kami setelah bertemu dengan orang tua asuh serta setelah melihat rumah yang akan kami tinggali selama 3 hari ini .Dalam acara ini pula kami dapat bercanda tawa karena pengalaman-pengalaman gokil teman-teman. Karena cerita teman-teman saya pula saya baru menyadari kalau kami mendapatkan rumah yang jauh lebih buruk dibanding mereka.

Minggu, 17 Januari 2009
Pukul 05.00 kami berkumpul di balai desa karena kami berencana untuk melihat matahari terbit di kopel, yang katanya disana kita dapat melihat sunrise ditambah pemandangannya yang sangat indah . Seperti biasa, sudah kebiasaan dari kebanyakan dari kita yaitu ’ngaret’. Kamipun berangkat kekopel pukul 05.30. Sesampainya disana kita tidak lagi melihat matahari terbit, karena matahari memang sudah terbit sebelum kami mencapai tempat ini. Daripada kecewa karena tidak dapat melihat sunrise, kamipun menghabiskan waktu disana dengan berfoto-foto ria. Pukul 06.30, kebanyakan dari kami memilih untuk pulang dan memulai aktifitas mereka. Namun siswa laki-laki, saya dan Putri Fajar lebih memilih tinggal untuk bermain bola di lapangan sepak bola didekat kopel.

Tepat pukul 07.30 kami akhirnya pulang kerumah masing-masing dan memulai aktifitas yang telah dijadwalkan. Setelah sampai dirumah, ternyata Tia sudah membantu ibu memasak.

Saya pun langsung membantu ibu mencuci piring. Setelah itu saya membersihkan badan dan sarapan bersama dengan keluarga baru saya disana. Pukul 08.30 saya, bapak dan Tia berangkat menuju kebon milik bapak. Kebon milik bapak terletak didekat kebon karet dan untuk mencapainya kami harus melewati jalan yang sangat terjal . Dikebon kami membantu bapak untuk menyambung kopi, memetik cabai dan memangkas rumput-rumput liar. Selama berada dikebon sudah 3 kali wajah saya menyangkut disarang laba-laba yang memang sangat banyak dikebon bapak. Tidak hanya itu, disana juga banyak sekali nyamuk-nyamuk yang berseliweran. Seakan ingin mempersulit kegiatan saya , jalanan pulang ternyata sangat naik dan curam, ditambah dengan sandal yang telah berubah menjadi hak tinggi karena tanah yang menempel. Sulit memang bekerja seperti ini.

Pukul 12.00 kami kembali kerumah. Karena kegiatan dikebon yang sangat menguras tenaga, kamipun langsung tergeletak tak berdaya ditempat tidur. Pukul 12.30 kami dibangunkan untuk makan siang. Setelah makan sinag tiba-tiba Putri Fajar dating kerumah saya untuk sekedar berbincang-bincang. Kemudian dating Rachmaniar dan Camelia , disusul Agatya . Alhasil kami mengobrol kesana-kemari didepan teras rumah saya. Karena merasa bosan, kami memutuskan main kerumah Safira dan melanjutkan obrolan khas perempuan kami disana hingga tanpa terasa matahari telah berada dibarat .

Malamnya, seperti telah dijadwalkan, kami harus berkumpul dibalai desa untuk acara sharing. Sebelumnya kami yang bertempat tinggal di RT 03 saya, Darian, Reza, Yaris dan Safira berkumpul dirumah Putri Fajar untuk berangkat bersama. Disana kami disuguhi soto, berhubung perut kami sudah kenyang karena sebelumnya telah makan malam dirumah masing-masing, kamipun menolak untuk makan disana. Namun Darian merasa sanggup untuk melahap semangkok soto tersebut. Akhirnya kami menunggu Darian sebelum akhirnya bersama-sama menuju balai desa. Dibalai desa telah berkumpul siswa X-OLIMPIADE yang lain. Sharing hari ini tidak seseru sharing kemaren karena hari ini kami sudah merasa lelah dengan rutinitas hari itu yang padat.

Ditengah-tengah sharing slah satu teman kami Nisita terserang diare dan harus kembali kerumahnya. Rachmaniarpun bersedia untuk mengantarnya, namun setelah berada diluar pintu, rachmaniar kembali dan menyeret saya bersamanya untuk mengantar Nisita untuk kembali kerumahnya. Setelah beberapa langkah dari balai desa, akhirnya kami kembali lagi ke balai desa, karena kami bertiga masih merasa taku untuk kembali kerumah Nisita. Akhirnya kami berempat ditambah Putri Fajar berhasil sampai dirumah Nisita dengan selamat.

Senin, 18 Januari 2010
Karena sangat kelelahan akibat aktifitas yang tidak biasa kami tekuni, kamipun bangun pukul 07.30 pagi. Dan akibat kemalasan kita, kita melewatkan momen berjalan-jalan pagi sembari melihat sunrise bersama teman teman olim lain di luwung-luwung. Menurut mereka, mereka telah menggedor-gedor rumah kami dan memanggil-manggil kami, namun tak ada jawaban dari kami. Mereka juga menerangkan bahwa mereka telah mengabari kami lewat sms, tetapi karena jaringan disini sangat buruk pesan tersebut beru sampai setelah pukul 07.00. Kecewa memang, namun harus bagaimana lagi.

Pukul 08.30, setelah kami selesai membersihkan badan dan sarapan pagi, kami beserta bapak dan ibu asuh kami menuju kebun mereka. Sepanjang perjalanan sang ibu mengumpulkan kayu bakar. Dan tidak hanya diperjalanan saja. Kami diajak kekebon untuk mengambil kayu bakar yang besar , yang lebih mengerikannya adalah jalanan menuju kebon itu sangat sulit untuk dijangkau. Jalannannya becek dan naik turun, sementara ibu harus menggendong kayu bakar yang kami pun tidak sanggup untuk membantunya. Ibu memang benar-benar superwoman masa kini.

Setelah mengambil kayu bakar, kami menuju kebon ibu yang lain, yang letaknya tidak jauh dari kebon ibu yang ini. Diperjalanan menuju kebon ini, saya tidak sengaja melihat pohon karet yang getahnya diambil dan disimpan didalam mangkok yang digantungkan dipohon tersebut. Akhirnya saya memutuskan untuk berfoto-foto. Belum sempat mengambil satu foto, getah karetpun tumpah disekujur badan . Saya sempat dinasehati ibu agar tidak main-main, malu rasanya. Apalagi kata ibu bekas karet dibaju itu tidak dapat dibersihkan. Tapi , mau apa lagi ?
Sesampainya disana kami embantu bapak mencangkul tanah kebon. Saat sedang membantu tanpa sengaja saya menemukan sebuah cacing tanah yang lucu. Akhirnya binatang malang itu menjadi bahan mainan saya yang berikutnya setelah getah karet tadi.

Karena melihat pohon petai-nya yang sudah berbuah banyak dan sering dihabiskan monyet disekitarnya, bapak memutuskan untuk memanen seluruh petai-nya. Berhubung bapak tidak dapat memanjat, maka bapak meminta bantuan orang lain untuk memanen petai-nya. Dan pemuda yang dimintai tolong oleh bapak pun akhirnya tiba dikebon. Tanpa tunggu lama, pemuda itu langsung memanjat pohon petai yang sangat tinggi itu. Padahal angin saat itu sangat kencang sekali. Sampai-sampai ibu berteriak-teriak kepada pemuda itu agar berpegangan erat. Akhirnya seam jantungpun selesai, pemuda tersebut telah memetik seluruh petai yang berada dipohon. Dan sekarang tugas kami untuk memunguti petai-petai yang tersangkut dipohon kecil atau yang jatuh ditanah.

Setelah selesai memanen semua petai, akhirnya kami memutuskan untuk pulang, karena matahari telah berada diubun-ubun. Saat saya berusaha naik untuk keluar dari kebon, tiba-tiba tersdapat seekor binatang keci terbang menuju mata saya. Refleks saya pun mengedipkan mata, dan binatang tersebut tidak dapat keluar dari mata saya. Karena panik, saya meminta tolong Tia untuk mengambil binatang itu dari mata saya. Seakan ingin membuat saya lebih panic, Tia justru berkata “ Hah, binatangnya jalan-jalan dibola matamu, susah ngambilny”. Sayapun tambah panic, namun kemudian ibu membantu untuk mengeluarkan binatang tersebut.

Syukurlah binatang tersebut bias keluar dari mata saya tanpa meninggalkan luka dimata.
Pukul 12.30 saya telah sampai dirumah. Baru melangkahkan kaki masuk kedalam rumah, tiba-tiba Reza datang menghampiri saya dan mengajak saya berkumpul dibalai desa untuk bersama-sama melihat proses pengolahan karet. Pukul 13.00 kami memulai perjalanan menuju pabrik karet yang letaknya tidak jauh dari desa sukomangli. Setelah mengetahui proses pembuatan karet kamipun berjalan pulang. Ditengah jalan saya melihat seorang anak laki-laki dengan sepedanya. Karena ingin bersepeda, akhirnya saya memijam sepeda anak tersebut. Dengan Camelia akhirnya saya bersepeda bersama. Karena Camelia tidak pandai berkendara sepeda maka saya berada didepan sebagai pengemudi. Setelah beberapa menit bersepeda, akhirnya saya sudah tidak kuasa lagi menahan rasa lapar yang mulai menyerang. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk kembali kerumah hanya untuk mekan siang, namun teman-teman yang lain berjalan-jalan disekitar sukomangli.

Setelah selesai makan, saya menyusul teman-teman yang ternyata sedang berkumpul dirumah Dwi Syafiar untuk menyaksikan perkawinan antara sapi milik Yaris dan Bayu.
Puas melihat sapi kawin, kamipun menuju lapangan Sukomangli. Disana para pria sibuk bermain bola, sedangkan kami kaum hawa bermain tepok nyamuk dipinggir lapangan. Bermodalkan sebotol bedak, kamipun memulai permainan tepok nyamuk dengan ketentuan siapa yang kalah maka mukanya akan dicorenga dengan bedak tersebut. Tidak ada satupun dari kami yang luput dari cemongan bedak. Dengan muka penuh cemongan bedak , kamipun berfoto-foto dipinggir lapangan.

Seiring dengan tenggelamnya matahari, kami kembali menuju rumah masing masing untuk mandi dan sholat. Sehabis maghrib, seperti biasa kami memiliki acara rutin yaitu sharing. Namun kali ini sharing dilakukan dirumah Mahardika . Disana kami mendengarkan perjuangan hidup dari ibu Etty, ibu asuh dari Mahardika. Setelah mendengar ceritera tentang perjalanan dan perjuangan hisup ibu Etty kamipun mendapatkan pelajaran baru tentang apa arti hidup dan pentingnya bersyukur dalam hidup ini.

Sharing berakhir pukul 20.30 pm . Namun kami tidak langsung pulang, melainkan berkumpul didepan rumah yang ditinggali wali kelas yang kebetulan digunakan sebagai tempat sharing kelas X7. Karena saya menunggu Yaris yang rumahnya bersampingan dengan saya, sementara Yaris menunggu teman serumahnya yang kebetulan kelas X7, terpaksa kami menunggu hingga acara sharing kelas X7 berakhir. Sembari menunggu sharing selesai, kami bercakap-cakap dan mengobrol dengan Mas Bayu yang mengikuti live in susulan dikelas XI ini . Dan kami juga mengikuti gaya tidur aneh dari Mas Novan dan Mas Huda . Setelah menunggu lumayan lama akhirnya acara sharing selesai dan kami pulang kerumah masing masing untuk menghabiskan malan terakhir dirumah kami.

Selasa, 19 Januari 2010
Pukul 05.00 saya menyempatkan diri untuk mempelopori teman teman sya untuk melihat sunrise di luwung-luwung meningat kemarin saya tidak sempat menyaksikannya dan hari inilah hari terakhir saya berkesempatan untuk menyaksikan alam indah di luwung-luwung. Tidak lama kami berada disana , karena kami harus bersiap untuk kembali ke Semarang.

Pukul 07.00 saya telah selesai berkemas dan siap untuk meninggalkan desa Sukomangli yang telah memberikan banyak pelajaran tentang hidup. Sebelum meninggalkan keluarga saya baru saya ini, saya memberikan sebuah barang yang dapat menjadi kenang-kenangan bagi keluarga ini untuk mengenang saya yang pernah menjadi anak mereka selama 4 hari disini. Setelah menerima kenag-kenangan dari kami, ibupun menangis, dan itu juga membuat saya semakin sedih untuk meninggalkan desa yang tentram ini.Akhirnya ibu dan bapak melepas kepergian kami dengan tangisan haru mereka. Kami pulang tidak dengan tangan kosong, melainkan membawa kardus besar yang berisi petai dan rembutan yang kemarin sempat bapak panen. Awalnya, saya sempat menolak namun demi menghargai pemberian bapak dan ibu akhirnya saya pulang ke Semarang dengan membawa sekardus petai dan Rambutan.

Pukul 07.30 kami telah berkumpul dibalai desa upacara pelepasan . SEtelah upacara pelepasan yang lumayan singkat, kamipun memulai perjalanan menuju Semarang. Sialnya, bias yang kami tumpangi hanya bertempat dudukkan 27 namun berisi sopir, kenek , wali kelas , 32 anak kelas X-OLIMPIADE beserta 7 orang kelas XI. Dan 3 jam kami bersumpek-sumpekan dalam bis yang penuh dengan penumpang yang kelewat banyak ditambah lagi barang bawaan dan hamper semua anak mendapat oleh oleh dari orang tua asuh mereka yang lumayan menguras tempat. Kamipun harus berbagi 2 tempat duduk untuk 3 orang, merelakan koper untuk diduduki dan banyak diantara kami yang harus berdiri dari Kendal hingga Semarang.


SUKOMANGLI, disana kami mendapata pengalaman dan pelajaran tentang arti hidup. Tentang perjuangan mempertahankan hidup yang sangat tidak mudah. Tentang betapa beruntungnya kita selama ini yang tanpa kita sadarai kitapun sering mengeluh, padahal seharusnya kita jauh lebih dapat bersyukur dianding mereka yang malah bersyukur dengan keadaan yang mungkin sangat sulit. Disini pula kami belajar untuk bersosialisasi dengan keadaan pedesaan yang berbeda dengan kehidupan dikota. Dan yang paling penting, disini kita memilik keluarga baru yang sangat baik, yang bahkan kita tidak rela untuk berpisah. Kami akan merindukanmu Sukomangli, kami akan merindukan alammu yang indah, kami akan merindukan lapangan bola yang bersebelahan dengan kuburan, kami akan merindukan sunrise kopel, kami akan merindukan kebon karet yang sempat menumpahkan getahnya dibajuku, kami akan merindukan pemandangan indah luwung-luwung, kami akan merindukan sharing dibalai desa dan kami akan merindukan keluarga kami disini.

1 komentar:

Unknown said...

ceritanya menyentuh

September 28, 2010 at 7:56 PM

Post a Comment