Malam Sharing Pertama

Keindahan Kopel

Kegiatan Hari Kedua

Hari Pertama di Desa

Pages

Narasi Si Sapira

1/30/10




Pada tanggal 16 – 19 Januari 2010, SMA N 3 Semarang mengadakan kegiatan live in ke 7 desa yang berada di kecamatan Patean, Kendal, bagi murid – murid kelas X. Pada tanggal 16 Januari 2010, seluruh murid kelas X berkumpul di lapangan SMA N 3 Semarang pada pukul 06.00 untuk mengikuti apel pagi untuk pelepasan live in. Pada saat saya sampai di halaman depan SMA N 3 Semarang, banyak teman – teman saya yang telah berkumpul. Setelah pembagian topi, kami mengikuti apel pagi. Dalam apel tersebut, kami diharapkan untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan masyarakat pedesaan yang jauh berbeda dengan masyarakat perkotaan.
Setelah selesai mengikuti apel pagi, rombongan kelas saya, yakni kelas X – Olimpiade, segera menuju ke bus yang telah ditentukan. Tidak berapa lama, bus pun berangkat ke Kendal, dengan tujuan pertama Kantor Kecamatan Patean.

Di Kantor Kecamatan Patean, semua siswa turun dari bus kelasnya untuk melaksanakan apel serah terima live in. Dalam apel tersebut, kami mendapat pengarahan lebih lanjut mengenai live in yang akan segera kami laksanakan. Selesai apel, kami kembali ke bus untuk menuju ke desa yang dituju. Desa yang kami tuju adalah Desa Sukamangli. Namun, bus kami menjadi lebih sesak Karen diisi pula oleh kelas XI gabungan, yaitu murid – murid kelas XI yang tahun lalu belum mengikuti live in. Sempat lama juga kami berada di dalam bus karena bus yang kami tumpangi ternyata tersesat. Setelah beberapa kali menanyakan jalan kepada penduduk sekitar, kami sampai di Balai Desa Sukamangli. Di sana, teman – teman serumah kami, yakni kelas X – 7 dan para orang tua asuh telah menunggu. Tak berapa lama kemudian, satu per satu dari kami dipanggil untuk bertemu dengan orang tua asuh kami. Orang tua asuh saya dan teman saya dari kelas X – 7, Sindy, adalah Bapak dan Ibu Nardi. Sedangkan saat itu, yang menjemput kami adalah Bu Nardi. Setelah perkenalan, kami segera menuju ke rumah Bu Nardi yang terletak tidak jauh dari Balai Desa, tepatnya di RT 3. Keluarga Nardi sendiri terdiri dari 5 orang anggota keluarga, dengan 3 orang putra. Putra yang paling tua sudah berkeluarga dan tinggal di desa lain, sedangkan 2 lainnya masih tinggal dengan Bapak dan Ibu Nardi. Tetangga Bu Nardi ternyata juga banyak yang menerima murid SMA N 3 Semarang. Misalnya, dua rumah di depan Bu Nardi, di seberang rumah depan Bu Nardi, di samping, dan di samping depan. Sehingga, ketika kami akan berkumpul untuk mengikuti sharing pada malam hari, kami tidak kesulitan untuk berkumpul.

Rumah Bu Nardi sendiri bisa dibilang sudah cukup bagus dengan lantai keramik, meskipun dapurnya masih berlantai tanah. Namun, rumah Bu Nardi berada di bawah, sehingga kami harus melewati turunan. Selain itu, di dekat rumah Bu Nardi masih terdapat banyak hutan dan pada saat itu anginnya sangat kencang, sehingga banyak daun yang berguguran. Di rumah Bu Nardi juga terdapat sapi, hal yang lazim bagi masyarakat desa tersebut untuk memilikkinya.
Pekerjaan dari Pak Nardi adalah bertani, sedangkan Bu Nardi juga bertani. Namun, keluarga tersebut memilikki sebuah warung kecil yang sering didatangi oleh warga sekitar.
Setelah sampai di rumah Bu Nardi, saya dan Sindy beristirahat sebentar. Kemudian, kami membantu Bu Nardi di dapur untuk menggoreng kerupuk, tempe, tahu, dan makanan lainnya sebagai menu makan siang. Selesai membantu, kami diajak menikmati makan siang pertama kami di Desa Sukamangli. Tidak lupa, setelah itu kami melaksanakan shalat Dzuhur. Karena kelelahan, saya dan Sindy tertidur, walaupun hanya sebentar. Setelah bangun, kami izin kepada Bu Nardi untuk jalan – jalan. Di jalan, saya bertemu dengan teman – teman saya. Selain jalan – jalan, kami juga mengobrol sejenak dan membicarakan mengenai rumah kami. Rumah yang saya tempati ternyata cukup luas dibandingkan dengan teman – teman saya. Selain itu, mayoritas dapur di Desa Sukamangli ternyata lantainya masih tanah. Karena gerimis yang turun, kami segera pulang. Setelah sampai di rumah, saya langsung mandi. Tidak berapa lama setelah mandi, wali kelas saya, Pak Ikhwan, dan wali kelas X – 7, datang ke rumah kami. Ternyata, beliau datang untuk memeriksa keadaan kami dan memberitahu tempat sharing per kelasnya untuk malam itu. Kelas X – Olimpiade mendapat tempat sharing di Balai Desa.

Setelah kunjungan tersebut, kami makan malam. Kemudian, pada pukul 18.30, kami segera menuju tempat sharing. Karena pada saat itu hujan, maka kami membawa paying. Sebelum berangkat ke Balai Desa, saya menghampiri teman saya, Putri. Setelah itu, kami menghampiri Yaris dan Verdy. Ketika di jalan, kami bertemu dengan Reza. Kemudian, kami berangkat bersama. Sesampainya kami di Balai Desa, ternyata kami yang paling awal. Tak berapa lama, teman – teman kami datang. Ketika semuanya sudah lengkap, kami segera memulai sharing tersebut. Sharing tersebut dipimpin oleh Pak Ikhwan. Masing – masing murid menceritakan pengalaman hari pertama saat live in tersebut. Banyak perisitiwa lucu yang mereka alami, sehingga selama sharing kami tidak pernah berhenti tertawa. Ada yang merasa sangat segan dan malu ketika berada di rumah baru, ada yang terkejut dengan keadaan kamarnya, ada pula yang mengalami insiden dengan kamar mandi. Selesai sharing, kami pulang ke rumah masing – masing untuk beristirahat. Sampai di rumah, saya segera tidur agar esok paginya tidak bangun kesiangan, karena saya dan teman – teman saya telah sepakat untuk melihat matahari terbit di Kopel.

Esok paginya, saya bangun pukul 04.30. Setelah shalat Subuh dan menyapu rumah, saya segera izin kepada Bu Nardi untuk pergi ke Kopel. Setelah itu, saya menghampiri teman – teman saya untuk berangkat ke Kopel bersama – sama. Kopel sendiri adalah sebuah tempat di pinggir jurang, dekat dengan hutan karet di Desa Sukamangli. Pemandangan di sana sangat bagus, terutama saat pagi hari. Saat itu, tidak hanya kami yang ke Kopel, tetapi juga siswa kelas X – 7 dan kelas XI gabungan. Udara yang dingin tidak terasa ketika kami melihat pemandangan matahari terbit yang amat indah dari Kopel. Setelah puas melihat pemandangan di Kopel, kami segera pulang untuk membantu orang tua kami. Setelah sampai di rumah, saya segera mandi dan makan pagi. Selesai makan pagi, saya, Sindy, dan Bu Nardi berangkat ke ladang untuk mencari makanan ternak. Ladang yang kami tuju ternyata cukup jauh, meskipun menurut orang cukup dekat. Ladang tersebut adalah ladang jagung. Di sana, kami mencari daun jagung yang berada di pangkal bonggol jagung. Daun jagung yang tersedia cukup banyak, tetapi medan yang kami lalui cukup sulit, sehingga saya dan Sindy cukup kesulitan mencapainya. Sesaat sebelum kami selesai, Pak Nardi datang dan membantu kami membawa daun jagung tersebut. Selain itum kami juga mengambil beberapa buah jagung untuk dimasak. Sampai di rumah, kami makan siang, setelah itu istirahat dan shalat Dzuhur. Setelah itu, saya mengunjungi teman saya, Putri. Ternyata, dia berada di rumah Siti dan Tya. Setelah kami mengobrol, ternyata mereka ingin melihat rumah saya. Saya pun mengajak mereka ke rumah saya. Ternyata mereka terkejut dengan kamar saya yang menurut mereka sangat luas. Kami pun mengobrol di dalam kamar saya. Selesai mengobrol, kami pergi ke rumah Bayu untuk melihat dua ekor sapi yang sedang dikawinkan. Kami juga berencana ke Luwung, tetapi karena hujan, kami berteduh sebentar di rumah Shena. Kemudian, kami pulang ke rumah masing – masing. Setelah itu, saya mandi dan shalat Ashar. Kemudian, saya menyapu rumah. Setelah itu, saya shalat Maghrib dan makan malam. Pukul 18.30 seperti hari sebelumnya, saya berangkat untuk sharing. Saya menghampiri Putri. Ternyata, di sana banyak teman – teman yang rumahnya dekat yang sudah berkumpul sebelumnya. Di sana, kami mengobrol dan banyak cerita lucu yang kami alami, sehingga kami tertawa terbahak – bahak. Ternyata, orang tua asuh Putri menyiapkan soto untuk kami. Karena kami baru saja makan, kami berusaha untuk menolak, tetapi tetap disediakan. Akhirnya, teman kami, Verdy yang menghabiskannya. Selesai makan, kami segera berangkat. Ternyata banyak teman – teman kami yang sudah berkumpul di Balai Desa. Setelah lengkap, kami segera memulai sharing. Sharing malam kedua tidak seramai saat sharing malam pertama karena kebanyakan teman – teman saya mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Selesai sharing, kami segera pulang.

Pagi harinya, saya bangun pukul 04.30. Saya segera sholat Subuh dan menyapu rumah. Setelah itu, saya izin untuk pergi ke Luwung. Dalam perjalanan, saya bertemu dengan Irham dan Dyan. Dyan pada saat itu sedang berjualan gorengan keliling. Kami pun membelinya. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Luwung. Di perjalanan, kami bertemu dengan teman – teman kami yang lain. Setelah melalui jalan yang cukup jauh, kami pun sampai di Luwung. Luwung adalah perbatasan Desa Sukamangli. Letaknya di pinggir jurang, sama dengan Kopel. Hanya saja, Luwung lebih luas. Kami datang untuk melihat matahari pagi terbit. Setelah puas melihat matahari terbit, kami segera pulang untuk membantu orang tua kami. Karena orang tua asuh saya ada keperluan, maka kegiatan saya pada hari itu mengikuti teman saya, Tita. Tita diajak oleh orang tuanya pergi ke pabrik karet. Saat itu, yang ikut ke pabrik karet cukup banyak. Sampai di pabrik karet, saya melihat proses pengolahan karet. Mulai dari dicetak, diasapkan, dan disortir. Kami juga membantu orang tua Tita untuk mengangkat kayu bakar untuk bahan bakar pengasapan. Selesai membantu, kami pulang. Dalam perjalanan, kami sempat membeli makanan kecil. Kemudian, kami bertemu dengan Audi yang baru saja selesai berjualan jamu.

Audi mengajak kami ke rumahnya. Setelah beberapa saat di rumah Audi, saya pulang ke rumah. Sampai di rumah, ternyata ada teman Sindy yang menumpang mandi karena baru saja pulang dari sawah. Karena kami kelelahan, kami pun tertidur. Pukul 13.00, kami berkumpul di Balai Desa untuk berangkat bersama ke pabrik karet dan melihat pengolahan kare. Bagi saya, kunjungan itu adalah yang kedua hari itu. Selesai mengunjungi pabrik karet, kami berkumpul di rumah Yasinia untuk menumpang istirahat dan makan makanan kecil. Setelah dari rumah Yasinia, kami berencana pergi ke lapangan dekat Kopel untuk latihan sepak bola. Namun, sebelumnya kami pergi ke rumah Dyan untuk membeli makanan kecil. Setelah dari rumah Dyan, kami pergi ke lapangan. Di sana, anak laki – laki kelas X – Olim dan XI gabungan bertanding sepak bola melawan kelas X – 7. Sedangkan siswa putri bermain sendiri di pinggir lapangan. Setelah itu, kami pulang ke rumah masing – masing. Saya mandi kemudian sholat. Selesai itu, saya izin lagi untuk pergi ke rumah Isti. Di sana, saya dan beberapa teman saya menonton televisi. Setelah acara yang kami tonton selesai, saya pulang untuk sholat dan makan malam. Karena teman saya, Sindy, belum pulang, maka saya makan malam sendirian.

Kemudian, saya izin lagi untuk mengikuti sharing. Saya menghampiri teman saya, Putri dan Yaris untuk berangkat bersama – sama. Sampai di Balai Desa, ternyata Balai Desa sepi. Ternyata, acara sharing dipindah ke rumah Mahardika. Saat sharing, kami mendengarkan kisah dari orang tua asuh Mahardika yang berjuang untuk memenuhi kebutuhannya dan putra – putra beliau hingga menjadi orang yang sukses. Selesai sharing, kami sepakat untuk menunggu teman – teman kami dari kelas X – 7. Selain menunggu, kami juga mengobrol. Ketika acara sharing kelas X – 7 selesai, kami segera pulang untuk mempersiapkan barang – barang kami, karena esoknya kami sudah harus pulang.


Pagi harinya, saya bangun pukul 04.30. Setelah sholat, menyapu rumah, dan mandi, saya segera mempersiapkan barang – barang saya. Kemudian, saya makan pagi. Setelah itu, saya menghampiri Putri. Ketika Putri sudah siap, saya pulang ke rumah untuk mengambil barang dan pamitan. Sebelum diantar ke Balai Desa, saya dan Sindy memberikan kenang – kenangan untuk Bu Nardi. Sampai di Balai Desa, bus kami sudah sampai. Lalu, kami mengikuti apel penutupan live in. SMA N 3 Semarang memberikan kenang – kenangan berupa plakat bagi Desa Sukamangli. Selesai apel, kami segera menuju bus masing masing. Karena ukuran yang kecil dan penumpangnya banyak, bus kami terasa sangat sesak. Setelah melewati sekitar 2 jam perjalanan, kami sampai di halaman depan SMA N 3 Semarang. Kami segera membawa turun barang – barang kami, kemudian kami bergegas pulang ke rumah masing – masing.


Kegiatan live in tersebut memang melelahkan, tetapi banyak manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini. Contohnya, kita dapat menambah teman baru dari kelas lain, memilikki keluarga baru, membina rasa social dan tenggang rasa, dan masih banyak lagi. Hal – hal yang kita dapat selama live in diharapkan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari – hari kita di kota besar, agar kita dapat menjalani kehidupan yang lebih baik lagi, di mana kita bisa lebih peduli dengan keadaan lingkungan sekitar kita.

0 komentar:

Post a Comment