Malam Sharing Pertama

Keindahan Kopel

Kegiatan Hari Kedua

Hari Pertama di Desa

Pages

Narasi Luthfi Hamid

2/22/10




Pada hari itu tanggal 16 Januari 2010, aku terbangun di pagi hari. Seperti biasa aku malas bangun. Tapi tiba-tiba aku teringat bahwa kegiatanku hari itu berbeda dari hari-hari biasa. Ternyata hari itu ada event yang sangat aku tunggu-tunggu dari dulu, yaitu “Live in SMA Negeri 3 Semarang”. Live in kali ini berada di kecamatan Patean, Kendal. Kebetulan kelas X-Olimpide mendapat jatah di desa Sukomangli. Desa yang katanya pemandangannya paling bagus. Setelah aku teringat hal tersebut segera aku lari ke kamar mandi. Tapi tunggu dulu, aku ke kamar mandi bukannya mau mandi terlebih dahulu. Akan tetapi aku malah melaksanakan kewajiban di pagi hari, yaitu “boker”. Kemudian aku sholat baru setelah itu mandi.

Setelah mandi aku mempersiapkan semua perlengkapan yang nantinya akan diperlukan saat Live in. Perlengkapan tersebut seperti baju dan alat-alat mandi. Setelah semua siap aku segera mencari sarapan bersama teman kost. Setelah sarapan aku kembali ke kamar kost. Ternyata teman satu kamar kost aku belum siap dan belum mandi. Ya dasar dia aja, padahal dia bangun pukul tiga dini hari bukannya siap-siap malah main game. Ya akhirnya aku bersama teman kost aku yang lain sepakat menungguinya walaupun nanti kami jadi agak terlambat.

Setelah teman satu kamar kost aku siap akhirnya kami berangkat bersama-sama. Kami berangkat untuk berkumpul di sekolah dengan berjalan kaki. Kami berjalan kaki dengan sangat terburu-buru karena kami mengira bahwa kami terlambat. Ternyata setelah sampai di sekolah kami belum terlambat. Ternyata upacara pembukaannya belum mulai dan ada juga anak lain yang belum berangkat.

Sesampai di sekolah aku bersama teman-teman kelas X-Olimpiade berfoto-foto terlebih dahulu. Dan setelah itu aku bersama temanku yang bernama Ghamdan mencari bis yang akan dinaiki X-Olimpiade. Kebetulan kelasku mendapat bis bernomor 13. Setelah berputar-putar kami akhirnya mendapatkan bis itu. Kami pun senang sekali karena X-Olimpiade mendapat bis yang ber-AC.

Setelah itu aku bersama Ghamdan memberi tahu kepada teman-teman yang lain. Dan seketika mereka berlari ke bis untuk mencari tempat duduk. Aku pun tak mau kalah dengan mereka karena kapasitas bis hanya 27 orang, sedangkan kelasku sendiri jumlahnya 32 orang. Dan akhirnya pun aku mendapat tempat duduk bersama Ghamdan yang tempatnya agak di depan. Kami pun menata barang-barang yang ternyata menambah kesesakan bis.

Setelah menata barang-barang terdengar bunyi pengumuman kepada para siswa untuk mengikuti upacara pembukaan Live in. Upacara ini dipimpin oleh kepala sekolah baru kita. Upacara pun berjalan cukup hening.

Akhirnya upacara pun selesai dan kami segera menempatkan diri ke bis masing-masing. Pertama masuk bis rasanya panas sekali karena AC-nya belum dinyalakan. Dan bis pun berjalan dengan keadaan di dalam masih panas dan pengap. Ternyata AC-nya sengaja tidak dinyalakan oleh supirnya karena tidak kuat.

Akan tetapi kami tetap senang di perjalanan menujun Patean. Di dalam bis kami saling bercanda ria walaupun dalam keadaan berdesak-desakan. Di perjalanan aku masih merasa asing dengan jalan yang kami lewati. Maklum aku bukan anak pesisir pantura. Jadi tentu aku masih asing dengan daerah pantura.

Di dalam bis kami juga bernyanyi mengikuti sebuah lagu yang dimainkan melalui ponsel salah satu teman kami. Tapi, sang sopir ternyata tidak mau kalah. Dia malah membunyikan tape yang ada di bis. Yang membuat kami agak sebel adalah lagu yang dimainkan lagu berjenis dangdut. Tapi lama-lama menjadi biasa saja. Malah kami menjadi tertidur karena lagu tersebut.

Setelah kami tertidur, kami terbangun dan melihat ke arah luar bis. Kami terkesima dengan pemandangan yang kami lihat. Dan tak lama kemudian kami telah sampai di kecamatan Sukorejo. Itu berarti kecamatan Patean sudah tidak jauh lagi. Dan itu memang benar, kami pun sampai di Kantor kecamatan Patean.

Di sini akan diadakan upacara dengan Camat Patean. Tapi sebelum upacara dimulai, aku mencari temanku yang bernama Dhewa. Dia adalah anak yang nantinya akan menjadi teman satu kamarku saat Live in. Dan kami membicarakan tentang bingkisan yang nantinya akan kami berikan ke orang tua asuh Live in.

Upacara pun berjalan lancar. Setelah upacara selesai, kami pun kembali ke bis untuk melanjutkan perjalanan ke Sukomangli. Perjalanannya cukup jauh. Dan akhirnya kami mencapai desa Sukomangli. Kami turun di Balai desa untuk bertemu dengan orang tua asuh terlebih dahulu.

Di sana aku berbincang dengan Dhewa. Kami sedang berpikir orang tua asuh kami seperti apa. Kemudian satu per satu para murid dipanggil untuk bertemu dengan orang tua asuhnya. Setelah kami menunggu agak lama, akhirnya kami mendapat giliran. Ternyata orang tua asuh kami sudah agak tua.

Kemudian kami beranjak menuju rumah orang tua asuh kami. Dari balai desa kami cukup berjalan kaki karena rumahya tidak begitu jauh. Pada saat berjalan kami berbincang-bincang dengan orang tua asuh kami.

Dan kami pun sampai di rumah orang tua asuh kami. Rumahnya tenyata sudah lumayan bagus. Lantainya sudah memakai keramik dan kamar kami pun sudah layak untuk tidur. Ya walaupun di belakang dapurnya masih memakai tungku kayu bakar. Aku pun bertanya letak kamar mandi untuk buang air kecil sekaligus melihat kelayakan kamar mandinya. Ternyata kamar mandinya cukup bersih dan cukup nyaman untuk menunaikan “kewajiban” di pagi hari.

Kemudian kami berbincang dengan anggota keluarga orang tua asuh kami. Ternyata mereka enak diajak berbicara. Kami berincang sambil disuguhi makanan dan minuman kopi. Kami pun berbincang agak lama.

Setelah perbincangan selesai kami segera sholat dzuhur karena sudah terdengar adzan yang menandakan waktu sholat dzuhur. Setelah itu kami ditawari untuk makan siang. Kami pun menerima tawaran itu dengan senang hati karena kami sudah sangat lapar.

Setelah makan siang kami diajak menuju kandang ternak. Di situ kami melihat berbagai hewan ternak seperti sapi, angsa, ayam, dan kelinci. Ketika aku masuk ke kandang kelinci aku terkaget karena kelincinya besar-besar sekali. Akan tetapi hewan-hewan tersebut lucu sekali.

Kemudian kami beranjak kembali ke kamar untuk istirahat sejenak. Di dalam kamar kami bercengkerama dan melakukan kegiatan yang agak aneh. Kegiatan tersebut adalah “kentut-kentutan”. Kegiatan tersebut dimulai oleh Dhewa.

Agak lama di dalam kamar kami menjadi bosan. Akhirnya kami minta untuk diantarkan ke sawah tempat orag tua asuh kami bekerja. Akhirnya pun kami diajak ke sawah tersebut. Pada saat perjalanan ke sawah kami bertemu dengan teman-teman kami yang lain. Mereka sedang bermain-main.

Perjalanan menuju sawah lumayan jauh. Kami harus melewati hutan karet terlebih dahulu. Tapi itu adalah letak keasyikannya. Aku sangat menikmati pemandangan hutan karet karena ini pertama kalinya aku melihat pohon karet.

Tak lama kemudian kami pun sampai di sawah. Di tempat tersebut sudah ada Pak Dipo bapak asuh kami yang sedang membajak sawah. Kami disuruh mengangkat kayu bakar untuk dibawa ke rumah. Akhirnya kami pun kembali ke rumah lagi dengan membawa kayu bakar. Kami kembali tanpa orang tua asuh kami.

Awalnya kami takut tersasar tapi hal itu tidak terjadi. Kami pun sampai di rumah orang tua asuh kami. Setelah kami meletakan kayu bakar di belakang rumah, kami berniat untuk masuk ke rumah. Akan tetapi rumah tersebut terkunci. Karena hal tersebut kami tidak dapat masuk ke rumah. Akhirnya kami memutuskan untuk bermain ke luar. Kami bermain ke lapangan untuk bermain bola dengan teman-teman kami.

Baru beberapa saat bermain, tiba-tiba hujan datang. Kami pun segera berlari untuk pulang ke rumah. Di rumah ternyata sudah ada orang. Kami pun bergegas masuk ke rumah dan mandi. Setelah mandi kami ke kamar. Di kamar kami istirahat dan bermain.

Dan waktu pun berganti menjadi maghrib. Kami sholat maghrib dan makan malam. Malam ini kami ada acara sharing bersama teman-teman. Tapi sebelum berangkat sharing aku mengaji dulu. Sedangkan Dhewa memutuskan untuk berangkat lebih dulu. Baru mengaji beberapa ayat tiba aku mendengar jeritan di luar rumah. Dan tiba-tiba Dhewa berlari masuk ke kamar. Dia bilang bahwa dia melihat kuntilanak. Aku pun segera mengecek kebenaran tersebut. Ternyata yang dilihat dia hanyalah karung putih yang digunakan untuk membungkus buah nangka di pohonnya. Akan tetapi dia masih ketakutan. Akhirnya aku memutuskan berangkat bersamanya.

Setelah sampai di balai desa, kami berpisah karena kami berbeda kelas dan tentunya tempat sharing kami berbeda. Di balai desa, anak-anak X – Olimp sudah berkumpul. Di sini kami menceritakan semua kegiatan hari ini. Aku pun menceritakan kejadian-kejadian lucu hari termasuk kejadian yang baru saja, yaitu kejadian saat Dhewa melihat karung yang dikira kuntilanak. Teman-teman pun tertawa mendengar cerita ini.

Sharing pun berjalan lancar. Setiap anak menceritakan kegiatannya hari ini. Dan semuanya sudah capek. Akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing. Aku pulang sendirian. Awalnya aku biasa saja. Tapi setelah sampai di jalan gelap dekat kuburan aku jadi takut. Aku segera mempercepat langkahku.

Akhirnya aku pun sampai rumah. Lega sekali rasanya kalau sudah berada di tempat aman. Ternyata Dhewa sudah sampai duluan. Kemudian kami pun sholat dan tidur karena sudah ngantuk dan capek.

Pada malam pertama ini tidurku belum nyenyak. Mungkin karena tempatnya masih asing denganku. Dan juga disebabkan anginnya saat itu besar sekali seperti angin puyuh. Sehingga membuat suasana menjadi berisik yang tentunya sangat mengganggu saat-saat tidur. Tapi aku pun tertidur juga sampai pagi.

Hari ke-2

Setelah tertidur semalaman, aku pun terbangun dari tidurku. Aku lihat jam di ponselku menunjukan pukul 04.30. Seperti biasa aku melakukan “kewajiban” saat pagi hari di kamar mandi. Kurang lebih aku di kamar mandi selama 15 menit. Kemudian aku sholat subuh dan membangunkan Dhewa. Dia pun terbangun dan aku suruh sholat.

Dan kemudian aku pergi jalan-jalan bersama teman-temanku. Kami pergi ke sebuah tempat yang pemandangannya indah. Tempat tersebut bernama “Kopel”. Sebuah tempat yang terdapat gardu pandang untuk melihat pemandangan. Dari situ kami dapat melihat kota Kendal. Sayangnya kota Semarang tidak kelihatan karena terhalang oleh bukit. Tapi kami sangat menikmati pemadangan tersebut. Cukup lama kami di situ.

Setelah kami rasa cukup kami pun beranjak pergi dari tempat tersebut. Anak-anak perempuan pulang ke rumah. Sedangkan yang laki-laki memutuskan untuk bermain sepak bola terlebih dahulu. Kami bermain cukup lama. Kami berhenti setelah ada penggalian kubur. Kebetulan lapangan tempat kami bermain bola bersebelahan dengan kuburan. Dan kebetulan salah satu dari kami harus ikut menggali kubur bersama orang tua asuhnya.

Aku pun pulang rumah orang tua asuhku. Sesampai di situ, aku segera membersihkan kaki dan mencuci tangan. Kemudian aku dan Dhewa sarapan pagi untuk bekal energi bekerja hari itu. Setelah sarapan, aku bertanya ke mana bapak asuhku. Ternyata beliau sedang mengikuti proses pemakaman. Itu artinya kami akan menganggur sampai siang.

Aku pun hanya menonton TV saat itu. Lama-lama aku jadi bosan. Akhirnya kami memberi makan kelinci dan memberi minum sapi. Kemudian aku menaruh sangkar burung di luar. Saat aku mengambilnya di dalam rumah, aku terjatuh saat mengguakan pijakan kursi. Lumayan sakit sebenarnya. Tapi itu tak aku pedulikan. Setelah itu aku mennganggur lagi. Aku hanya menonton TV dan bermain kucing dengan Dhewa. Di saat kami menganggur, terdengar ketukan pintu dari depan rumah. Ternyata itu adalah Guru kami yang sedang survei ke rumah-rumah yang di tempati siswa. Kami pun membuka pintu dan menyambutnya dengan senang hati. Setelah itu Guru kami melihat seluruh isi-isi rumah. Pada awalnya mereka mengira kami hanya bermalas-malasan saja. Tapi kami menerangka bahwa kami menganggur karena orang tua asuh kami sedang mengikuti proses pemakaman. Mereka pun memakluminya. Tidak lama kemudian mereka pun pergi untuk meneruskan survei mereka.

Beberapa jam kemudian, kami diajak mencari rumput oleh anak orang tua asuhku. Tempatnya lumayan jauh di luar desa Sukomangli. Dan kami pun sampai di ladang jambu orang tua asuhku. Di sini adalah tempat kami akan mencari rumput. Kami mencari rumput lumayan banyak. Di saat aku mengambil rumput menggunakan arit, tanganku terkena benda tajam tersebut. Tapi aku tidak memberi tahu dan langsung mencari daun untuk menutupi luka tersebut. Aku pun meneruskan kembali pekerjaanku.

Setelah rumput-rumput terkumpul, aku mencoba mengangkat ikatan rumput yang besar. Ternyata sangat berat sekali dan aku sampai jatuh ke tanah. Akhirnya aku mengangkat yang kecil. Dan temanku pun mengangkat yang kecil. Setelah itu kami bergegas membawa rumput pulang ke rumah.

Perjalanan ini terasa berat karena kami harus memanggul rumput yang lumayan berat. Akan tetapi kami harus semangat, karena bawaan kami tidak seberapa dibandingkan dengan bawaan anak bapak asuh kami.

Setelah berjalan mencapai masjid, kami memutuskan untuk beristirahat dulu. Di tempat tersebut kami berbincang macam-macam. Kami beristirahat cukup lama. Dan setelah capek kami berkurang, kami meneruskan perjalanan kami ke rumah. Perjalanan kami terasa berat lagi. Tapi kami berusaha cepat sampai rumah untuk melepas lelah.

Beberapa saat kemudian kami sampai di rumah. Kami langsung duduk dan melepas lelah. Kemudian kami mandi dan makan siang. Setelah itu aku merasa capek sekali dan mengajak Dhewa untuk tidur siang. Begitu sampai di kamar, langsung terlelap tidur.

Beberapa jam kemudian aku terbangun karena mendengar suara teman-teman Dhewa. Kemudian aku membangunkan Dhewa. Setelah itu dia pergi bersama teman-temannya. Akhirnya aku pun ditinggal. Kemudian aku sholat ashar dan melanjutkan tidur kembali. Tapi aku hanya tidur sebentar dan segera mandi. Tak berapa lama kemudian Dhewa pun datang. Segera dia mandi. Setelah maghrib tiba, aku dijemput teman-temanku. Sebenarnya aku belum makan, tapi dengan perut keroncongan, akhirnya aku pun mengikuti teman-temanku ke Balai Desa untuk menghadiri acara malam sharing.

Di balai desa ternyata sudah ada beberapa teman sekelasku. Tak berapa lama kemudian, semuanya datang termasuk Pak Ikhwan. Malam itu tidak semuanya bercerita. Karena anak-anak kelihatan capek, karena mereka sudah bekerja seharian. Termasuk aku pun juga sangat capek dan mataku seakan-akan menutup karena mengantuk. Tapi teman-teman menceritakan bahwa kegiatannya hari itu sangat menyenangkan. Setelah pukul 21.00 semuanya sudah mengantuk. Akhirnya Pak Ikhwan mengakhiri acara malam sharing.

Sebelum pulang, anak-anak X-Olimp pergi ke tempat sharing teman sekamarnya yaitu anak-anak X-7. Dan ternyata anak-anak X-7 baru selesai dan akhrinya kami pulang bersama-sama. Malam ini aku pulang melewati jalan yang berbeda dari malam kemarin. Jalan ini lebih gelap sebenarnya tapi tidak menyeramkan seperti malam kemarin. Yang lebih membuat aku tidak takut adalah karena aku tidak pulang sendiri.

Tak berapa lama kemudian aku dan Dhewa sampai di rumah. Karena kami sudah lapar akhirnya kami segera makan. Aku makan lumayan banyak saat itu. Setelah makan aku segera menggosok gigi dan mengambil air wudhu. Kemudian aku sholat isya dan segera tidur. Malam itu tidurku lebih nyenyak dari malam sebelumnya. Mungkin karena aku lelah, jadi aku mudah terlelap tidur saat itu.

Hari ke-3

Satu malam tidur nyenyak, aku pun terbangun dari mimpiku. Badanku agak pegal sedikit. Aku segera menunaikan “kewajiban” di kamar mandi. Kemudian aku sholat subuh. Dan seperti kemarin aku membangunkan Dhewa. Tapi kali ini dia sulit bangun. Mungkin karena dia kelelahan. Tak berapa lama kemudian, teman-teman Dhewa datang. Mereka mencari Dhewa untuk mengajak jalan-jalan. Akhirnya Dhewa pun pergi bersama teman-temannya.

Kemudian aku pun pergi keluar. Di jalan aku ketemu Shena dan Sangaji. Kami mencari teman-teman sekelas kami. Pertama kami ke kopel. Ternyata mereka tidak ada. Akhirnya kami hanya jalan-jalan bertiga. Kami jalan-jalan memutari Sukomangli. Setelah beberapa lama kami pun capek dan memutuskan untuk pulang rumah masing-masing.

Sesampai di rumah aku menonton TV. Tak berapa lama kemudian, Dhewa datang dan ikut menonton TV denganku. Dan beberapa saat kemudian, Shena dan temannya datang ke rumah kami. Mereka bermaksud untuk ikut kegiatan bekerja kami. Karena mereka sednag menganggur saat ini.

Sebelum aku berangkat bekerja, aku sarapan terlebih dahulu. Kemudian baru kami berangkat ke sawah mengantarkan makanan kepada bapak asuh kami. Kami melewati jalan yang aku lewati saat hari pertama ke sawah.

Sesampai di sawah, ternyata bapak asuhku sedang membajak sawah dengan sapi. Aku pun segera membantu. Pertama aku ragu untuk melakukannya. Tapi kenyataannya membajak sawah itu menyenangkan. Dan aku memang belum pernah membajak sawah sebelumnya.

Beberapa saat kemudian, dari kejauhan muncul seorang anak. Ternyata dia adalah teman sekelas Dhewa. Kemudian dia berlari menuju sawah kami. Setelah dia melihatku sedang membajak sawah, dia juga ingin melakukannya. Ternyata dia pun senang dengan hal tersebut. Kami pun bergantian melakukannya. Tak terasa satu sawah selesai kami bajak.

Kemudian kami pun berfoto-foto bersama dengan sapi. Kami mengambil foto banyak sekali saat itu. Saat kami mau mengambil foto lagi, tiba-tiba sapinya ingin lari. Aku yang sedang di belakang sapi pun terkaget. Dan kakiku juga terkena bajak. Sakit sekali rasanya dan membekas garis merah di daerah mata kaki kananku yang membekas terus sampai sekarang. Kemudian aku duduk untuk istirahat dan merenggangkan kakiku yang kesakitan. Bapak asuhku pun meneruskan kegiatan membajak sawah dengan dibantu temanku.

Setelah agak lama beristirahat, aku pun tak mau menganggur. Aku pun mengambil cangkul dan mulai mencangkuli rumput di pinggir petak sawah. Aku pun juga menikmati kegiatan itu. Dan setelah beberapa saat mencangkul, Shena pun ingin melakukannya juga. Akhirnya kuberikan cangkulnya dan dia pun mulai mencangkul. Ternyata Dhewa juga ingin mencangkul juga. Akhirnya kami bertiga bergantian mencangkul. Sedangkan teman Shena ikut membajak sawah.

Setelah agak lama aku bekerja, aku pun capek. Akhirnya aku pun mengajak teman-temanku pulang. Kami pun pulang dengan melewati jalan yang sama. Kami pulang jalan kaki sambil bercanda ria. Tak lupa kami juga berfoto-foto.

Setelah sampai rumah, aku segera mandi. Setelah itu aku menonton TV sambil bermain dengan kucing. Karena terasa capek, kemudian aku memutuskan untuk tidur terlebih dahulu. Aku tidur tidak begitu lama.

Setelah bangun tidur, aku segera sholat dzuhur dan bersiap-siap untuk ke Balai Desa karena akan ada acara kunjungan ke pabrik karet yang ada di Sukomangli. Aku ke Balai Desa dengan berjalan kaki. Setelah sampai di Balai Desa, ternyata baru ada beberapa anak. Aku dengan mereka menunggu teman-teman yang lain. Kami menunggu sambil makan rambutan yang dipetik oleh salah seorang anak kecil.

Beberapa lama kemudian teman-teman yang lain dan kemudian Pak Ikhwan juga datang. Setelah itu kami langsung berangkat ke pabrik karet. Setelah sampai di pabrik karet, kami diberi pengarahan oleh seorang bapak dari pabrik karet.

Setelah itu baru kami diijinkan masuk ke pabrik. Saat pertama masuk, kami disambut oleh bau yang sangat menusuk di hidung kami. Lama-lama aku tak tahan dengan bau ini. Tapi aku tetap ingin melihat proses pembuatannya. Kemudian aku pindah ke tempat pengasapan karet. Di sini karet diasapi di dalam ruangan denga suhu berbeda-beda. Dan kemudian aku berpindah ke tempat penyortiran. Di sini karet yang telah diolah dikelompokan berdasarkan kualitasnya.

Setelah kami rasa cukup di pabrik, kami pun segera pergi. Kami pergi ke rumah Shena. Dan kemundian ke rumah temanku. Di sini satu kelas X-Olimp berkumpul untuk main bersama. Setelah itu kami pergi ke lapangan untuk bermain.

Di lapangan ternyata sudah anak-anak kelas X-7. Kami pun akhirnya bermain bola melawan kelas X-7 dengan ditambahi anak-anak desa Sukomangli. Kami bermain bola dengan penuh semangat saat itu. Kami bermain cukup lama saat itu.

Setelah hampir dua jam bermain bola, skor pertandingan 3-2 dengan X-Olimp memimpin. Karena kami angap sudah sore, kami kelas X-Olimp ingin mengakhiri pertandingan ini. Kami mengakhiri pertandingan dengan skandal gol bunuh diri oleh temanku. Pertama skandal ini gagal karena bolanya mengenai kepala temanku yang membawa kamera. Tetapi pada akhirnya skandal ini pun berhasil. Kami pun pulang ke rumah masing-masing.

Setelah sampai di rumah, aku segera mandi. Aku mandi cukup lama saat itu karena aku harus menyeterilkan seluruh badanku. Setelah mandi aku masuk ke kamar. Ternyata Dhewa sudah ada di kamar bersama teman sekelasnya. Dia pun segera mandi. Sedangkan aku sholat ashar. Dan teman Dhewa pulang ke rumahnya karena hari sudah sore.

Kemudian aku menonton TV untuk sambil menunggu waktu maghrib tiba. Beberapa waktu kemudian waktu maghrib tiba. Aku pun segera menunaikan Sholat maghrib. Setelah itu aku baru makan bersama dengan keluarga orang tua asuhku. Setelah makan aku dijemput temanku untuk pergi ke acara malam sharing terakhir.

Setelah sampai di balai desa, teman-teman sudah datang. Beberapa saat kemudian Pak Ikhwan datang. Ternyata malam ini tempat sharingnya berbeda. Pertama Pak Ikhwan merahasiakan tempat sharingnya. Anak-anak pun saling menebak tempatnya. Ada yang menebak di tempat seram. Ada juga yang menebak di kuburan. Ternyata bukan tempat tersebut tempatnya.

Setelah semuanya berkumpul, Pak Ikhwan mulai melangkahkan ke tempat misterius yang belum kami ketahui. Kami pun segera mengikuti jejak langkahnya. Setelah memasuki sebuah jalan, kami sudah bisa menebak tempatnya. Kami menebak tempat salah seorang teman kami. Ternyata tebakan kami benar.

Dan kami pun sampai di tempat yang dimaksud. Di situ ternyata teman yang kami maksud sedang beramain kartu. Dia pun segera menghentikan kegiatannya. Kami pun dipersilakan masuk. Dan kami segera menata tempatnya.

Beberapa saat kemudian acara dimulai. Pak ikhwan berbicara bahwa, sharing malam itu memang sengaja dibuat berbeda dari malam-malam sebelumnya. Di sini tuan rumah akan memberikan cerita tentang kehidupannya.

Beliau bercerita tentang segala usaha untuk merwat anak-anaknya seorang diri tanpa suami karena suaminya meninggal saat anak-anaknya masih kecil. Padahal anaknya jumlah terbilang tdak sedikit karena jumlah anaknya ada delapan.

Akan tetapi sekarang anak-anaknya sudah besar dan berkeluarga. Mereka juga sudah sukses semua. Dan salah seorang cucunya ternyata seorang artis. Kami pun terkaget mendengar cerita tersebut.

Dan setelah agak lama acara tersebut berlangsung, Pak Ikhwan mengakhiri acara tersebut. Kami pun segera bergegas pergi dari tempat tersebut. Kami pergi bersama-sama. Beberapa dari kami ada yang pulang. Tetapi aku tidak pulang dahulu karena aku akan menunggu temanku dulu. Kami pun pergi ke tempat anak-anak X-7 melakukan sharing. Ternyata mereka belum selesai. Kami pun menunggu dengan sabar.

Lama sekali kami menunggu mereka. Ada seorang anak yang ingin mengajak jalan-jalan. Tapi kam teringat nasehat Pak Ikhwan. Jadi, kami mengurungkan niat tersebut. Kami pun kembali menunggu kelas X-7 sampai selesai.

Setelah mereka selesai, aku segera bergegas pulang ke rumah bersama temanku. Setelah sampai di rumah, aku segera sholat isya. Kemudian aku menonton TV. Beberapa saat kemudian Dhewa pulang. Dia segera sholat dan kemudian membuat coklat panas untuk orang satu rumah. Aku pun menikmati minuman tersebut sambil menonton TV.

Aku menonton TV sampai larut malam karena acaranya bagus. Tetapi lama-lama aku mengantuk. Kemudian aku mengajak Dhewa untuk tidur. Begitu sampai di kamar, aku langsung membaring tubuhku dan aku pun terlelap tidur.

Hari Terakhir

Pagi-pagi sekali aku bangun, jam menunjukan pukul 04.30. Aku segera ke kamar mandi untuk melakukan “kegiatan” yang biasa aku lakukan di pagi hari. Setelah itu baru aku sholat subuh. Kemudian aku membangunkan Dhewa. Setelah dia bangun, aku tidur lagi karena aku masih mengantuk.

Setelah waktu menunjukan pukul 06.00 aku segera bangun dan membereskan barang-barangku, karena hari itu aku harus kembali ke Semarang lagi. Setelah semua barang dibereskan, aku segera mandi. Kemudian baru aku sarapan.

Setelah semua siap, aku segera berpamitan dengan orang tua asuhku. Sebelum aku pergi aku berbagi nomer telepon dengan anak orang tua asuhku supaya aku dengan orang tua asuhku bisa berhubungan terus.

Kemudian kami segera pergi dari rumah orang tua asuh kami. Sedih rasanya harus berpisah dengan mereka. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus kembali ke Semarang. Aku berjalan untuk berkumpul di balai desa terlebih dahulu. Sebelum ke balai desa aku menjemput temanku terlebih dahulu.

Temanku mengatakan bahwa di balai desa masih sepi. Anak-anak belum datang ke balai desa. Karena hal tersebut aku memutuskan untuk menunggu di rumah temanku dulu. Di sini temanku menunjukan buah yang aneh dan belum aku kenal. Kami menyebutnya buah mulus karena kulitnya mulus dan berbentuk bulat.

Setelah agak lama, kami segera ke balai desa. Ternyata sudah ada beberapa teman kami di situ. Aku pun segera duduk di depan balai desa bersama teman-temanku. Beberapa saat kemudian bisnya datang. Ternyata bisnya sama dengan bis yang kami naiki saat berangkat ke sini. Aku pun segera berburu tempat duduk. Dan aku mendapatkan tempat duduk yang sama.

Sebelum berangkat pulang, semua siswa diminta berkumpul terlebih dahulu. Dan setelah semua siswa berkumpul, Pak Ikhwan memulai acara pamitan dengan perwakilan dari Sukomangli. Pak Ikhwan juga menyerahkan plakat sebagai kenang-kenangan dari SMA 3 Semarang.

Setelah acara tersebut selesai, kami langsung berangkat pulang menuju Semarang. Saat itu keadaan di dalam bis lebih sesak dari saat kami berangkat ke Sukomangli karena teman-teman membawa barang lebih banyak. Beberapa anak juga ada yang berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk. Walaupun aku bisa duduk, aku harus tertindih banyak barang yang membuatku tidak bisa bergerak.

Setelah bis berjalan agak jauh, beberapa anak mulai pusing dan ada juga yang mabuk perjalanan. Aku pun juga pusing karena keadaan di bis yang sangat panas membuat aku kehausan. Padahal aku tidak membawa minuman. Aku tanya temanku juga tidak ada yang membawa minuman. Waktu itu aku lemas sekali karena aku dehidrasi sampai mulutku kering. Tapi akhirnya aku memaksakan untuk tidur walaupun dengan keadaan seperti ini. Dan aku pun tertidur selama perjalanan.

Ketika aku membuka mata, bis sudah mencapai perbatasan Semarang-Kendal. Waktu itu pusingku belum hilang sama sekali. Tapi aku tak mempedulikannya. Karena sebentar lagi aku akan sampai di sekolah. Itu artinya aku bisa menghirup udara segar dan bisa menghilangkan dehidrasiku di dalam bis.

Setelah bis mencapai terminal Mangkang, semua anak-anak bersorak ria. Dan bis berjalan terus menyusuri jalan yang lumayan macet. Aku pun senang bisa melihat kembali kota Semarang. Walaupun aku bukan kelahiran Semarang. Tetapi di kota ini lah aku merantau untuk mencari ilmu.

Tak terasa bis berjalan sudah mencapai Tugu Muda. Ini membuat semua anak tambah senang. Setelah masuk jalan pemuda, kami semua merasakan hal yang aneh. Ternyata AC di dalam bis dinyalakan. Kami pun bingung kenapa AC-nya baru dinyalakan ketika tempat tujuannya tinggal beberapa ratus meter lagi. Ini sungguh kebusukan yang tidak aku senangi.

Kemudian bis pun memasuki halaman SMA Negeri 3 Semarang dan bis pun berhenti. Kami dengan senang hati langsung turun dari bis. Beberapa anak sudah dijemput oleh orang tuanya. Ada juga yang pulag senndiri naik angkutan. Sedangkan aku sendiri pulang jalan kaki bersama dengan teman kosku. Setelah sampai di kos aku langsung membaringkan tubuhku karena aku sangat lelah. Dan kemudian aku pun tertidur. Kegiatan Live in sungguh sangat berkesan bagiku. Jika diijinkan sebenarnya aku ingin mengikutinya lagi tahun depan. Live in Sukomangli akan menjadi kenangan yang tak terlupakan seumur hidupku.

0 komentar:

Post a Comment