Malam Sharing Pertama

Keindahan Kopel

Kegiatan Hari Kedua

Hari Pertama di Desa

Pages

Narasi Si Ratri

1/29/10



Sabtu, 16 Januari 2010 siswa SMA 3 Semarang berangkat menuju kab. Kendal untuk melaksanakan kegiatan live in. Kelas X-Olimpiade menaiki bus 13 untuk mencapai tujuan. 1 bus hanya terdapat 27 kursi, sedangkan murid kelas X-Olimpiade berjumlah 32 orang. Maka ada 5 orang yang harus duduk di koper atau bahkan berdiri. Saya termasuk salah satu dari lima orang yang tidak beruntung itu. Sepanjang perjalanan saya duduk di koper. Tentunya pantat saya sakit sekali karena duduk di koper yang keras itu.

Sesampainya di kantor kecamatan Patean, saya bergegas turun dari bis karena tidak tahan menahan sakit sepanjang perjalanan dan pusing karena jalan yang naik-turun. Di kantor kecamatan kebanyakan siswa hanya bercanda dan tidak mendengarkan yang disampaikan pihak kecamatan. Setelah itu saya bergegas naik ke bis karena saya ingin mendapat tempat duduk. Namun, teman-teman saya masih lebih cepat dari saya. Maka saya berdiri sepanjang perjalanan dari kantor kecamatan sampai balai desa Sukomangli karena ada tambahan beberapa siswa dari kelas XI susulan.

Di balai desa Sukomangli, saya dipertemukan dnegan orang tua asuh saya. Saya terkejut karena saya serumah dengan teman sebangku saya, Camelia. Padahal di daftar, saya hanya serumah dnegan Nindy. Ternyata orang tua asuh saya adalah suami dari orang tua asuh Camelia. Setelah bertemu dan berkenalan, kami langsung menuju rumah Bapak Sukimin, orang tua asuh saya. Letaknya tidak jauh dari balai desa.

Saya merasa beruntung karena keadaan rumah orang tua asuh saya tidak separah yang saya bayangkan sebelumnya. Dindingnya dari batu bata dan sudah dicat, lantainya juga berkeramik. Sekitar 15 menit, kami bercakap-cakap di ruang tamu. Karena merasa kelelahan, kami meminta ijin untuk beristirahat di kamar. Tak berapa lama, teman saya Yani memanggil Camelia dari luar rumah, ternyata Yani datang bersama Puput, Reza, Verdy, dan Yaris. Saya dan Camelia menghampiri mereka dan berkeliling desa melihat-lihat rumah mereka. Kami juga menghampiri teman kami yang lain, Gatya, Riska, Nova, Bella, Dika, dan Lisa. Kami memutuskan untuk pergi ke kebun karet yang letaknya sangat dekat dengan pemukiman penduduk.

Sore harinya kami pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan senang. Menu makan malam hari itu sama dengan menu makan siang, sayur tahu. Ketika sedang makan malam, teman-teman saya memanggil saya dari luar rumah untuk pergi ke balai desa bersama-sama untuk melakukan kegiatan sharing, walaupun sedang turun hujan.

Minggu, 17 Januari 2010, pagi hari saya dan Camelia pergi ke kopel bersama teman-teman kelas X-Olimpiade, walaupun tidak semua ikut. Disana kami bisa melihat pemandangan yang sangat indah dan kami mengambil banyak gambar karena kami tidak akan menemui pemandangan seperti itu di kota. Sekitar pukul 06.30, kami segera pulang ke rumah masing-masing karena ingin membantu orang tua asuh kami.

Sesampainya di rumah, saya, Camelia, dan Mila membantu ibu asuh kami menyiapkan sarapan. Menu sarapan pagi itu sama dengan menu makan siang yang kemarin. Kami semakin merasa beruntung karena menu makan di rumah kami masih lebih baik daripada menu makan di rumah orang tua asuh kami.

Pukul 8 pagi, kami mengikuti ibu asuh kami menuju sawah untuk memetik ketela dan jagung. Kata ibu asuh kami, kami diajak ke sawah yang dekat saja. Kami merasa lega karena ternyata sawahnya dekat. Setelah 15 menit berjalan, kami mulai kelelahan dan bingung. Ibu asuh kami sempat mengatakan bahwa sawahnya dekat. Jalan emnuju sawah juga berbahaya karena sangat licin dan naik-turun terjal. Tak jarang kami kepeleset sepanjang perjalanan. Namun, tidak untuk ibu asuh kami. Walaupun kakinya sedangt sakit karena asam urat, dia tidak pernah mengeluh dan kepleset. Kami merasa sedikit lega karena sudah melihat sawah yang sangat luas, berarti sebentar lagi kami bisa beristirahat setelah berjalan sangat jauh. Ternyata tidak, sawah masih jauh di bawah. Kami juga melewati sungai yang airnya merupakan air irigasi. 30 menit kemudian kami sampai di sawah yang menurut ibu asuh kami dekat itu. Padahal total lama perjalanannya 45 menit. Tapi saya tak mendengar kata capek dari mulut ibu asuh kami. Ia langsung menuju ke tengah ladang untuk mencabut ketela. Saya dan teman-teman saya mengikutinya di belakang. Ternyata cara memetik ketela tidak mudah. Kami harus mencari akarnya dan mengorek-orek tanah dengan tangan untuk mencari ketelanya. Mencari akar juga tidak mudah karena jenis batangnya yang merembet di atas tanah. Belum lagi jika ketelanya masih kecil, kami harus memendamnya lagi di dalam tanah. Setelah mendapat cukup banyak ketela, kami menceburkan kaki ke sungai untuk mencuci tangan dan kaki. Untuk emncapai sungai itu sangat sulit, karena tidak terdapat jalan yang dibuat oleh manusia untuk mempermudah manusia mencapai sungai itu.

Setelah puas bermain di sungai, kami segera menuju ladang jagung. Ibu asuh kami mengarit batangnya dan kami memetik jagung dari batangnya. Setelah mendapat cukup banyak jagung, kami segera pulang dan perjalanan lebih sulit daripada sebelumnya karena jalan menanjak dan licin ditambah lagi kami sudah sangat lelah. 45 menit kemudian kami samapi di rumah dan langsung duduk di kursi depan rumah karena sangat lelah. Saya melihat Verdy dan Dika maka kami berbincang sebentar menceritakan pengalaman hari ini. Kemudian saya bertemu Sita dan Nova yang sedang berjualan jamu. Tak berapa lama saya masuk ke rumah dan beristirahat kemudian mandi.

Belum lama beristirahat, teman saya sudah mengajak berkeliling desa. Maka saya, Camelia, Putri, Puput, Nisa, dan Riska pergi ke rumah Safira untuk berbincang-bincang. Waktu terasa begitu cepat karena tak terasa sudah sore, maka kami segera pulang ke rumah masing-masing untuk membantu orang tua asuh kami.

Seperti biasa di malam hari kami berkumpul di balai desa untuk sharing menceritakan pengalaman bekerja hari itu. Sesampainya di rumah saya langsung tidur karena sangat lelah.

Senin, 18 Januari 2010, pagi-pagi sekali ada siswa X7 yang menggedor kaca kamar saya membangunkan Nindy dan Mila untuk pergi ke kopel. Saya malas bangun karena saya merasa tidak ada acara dengan teman-teman saya. Beberapa saat kemudian saya mencoba tidur lagi tetapi tidak bisa. Maka saya mengambil handphone dan ternyata ada banyak sms yang beisi mengajak saya ke luwung-luwung. Saya segera keluar rumah dan melihat teman-teman saya kelas X-Olimpiade sudah berkumpul dan segera menuju luwung-luwung. Padahal teman saya Camelia belum solat subuh. Saya dan Bella menunggu Camel solat subuh dari luar rumah. Setelah Ia selesai menunaikan solat subuh, kami berjalan cepat karena takut ketinggalan rombongan kelas kami.

Sesampainya di luwung-luwung, kami merasa sangat senang dan kagum karena pemnadangan yang ternyata jauh lebih indah daripada pemandangan yang dapat dilihat dari kopel. Disana kami banyak mengambil gambar dengan kamera yang kami bawa.

Setelah matahari muncul, kami segera pulang untuk membantu orang tua asuh kami. Pukul 9 pagi, saya, Camelia, Nindy, dan Mila diajak bapak asuh kami pergi ke sawah. Kami sangat berharap sawah yang dimaksud bukanlah sawah yang kemarin kami tuju. Bapak asuh kami memilih jalan pintas yang ternyata lebih dekat namun medannya lebih berbahaya. Jarang ada jalan yang miring, namun berundak dan sangat licin. Kami juga menyebrangi sungai yang tidak ada jembatannya. Disana kami mendengarkan cerita bapak asuh kami mengenai keluarganya dan kami belajar banyak dari pengalaman hidup beliau.

Kami segera pulang kami segera pulang karena matahari sudah terik. Sesampainya di rumah, kami mandi kemudian makan siang dan pergi berkeliling kampung. Kami singgah di rumah Audi untuk bererita pengalaman hari itu bersama Isti, Safira, Camelia, dan Tita.

Pukul 1 siang, kelas X-Olimpiade dan X7 berkumpul di balai desa sebelum emnuju pabrik karet yang letaknya tidak begitu jauh. Disana kami melihat proses pengolahan karet tak lupa mengambil gambar menggunakan kamera kami.

Setelah puas berkeliling pabrik, kelas saya memutuskan untuk pergi ke rumah Nisa untuk mencicipi makanan ibu asuhnya. Disana saya makan soto dan teman-teman saya hanya melihat saya makan.

Sore harinya kelas X-Olimpiade pergi ke lapangan sepak bola. Siswa putra bermain sepak bola dan siswa putri bermain kartu dan yang kalah diberi bedak. Dari semua siswa putri, saya mendapat bedak terbanyak. Kami segera pulang karena hampir Maghrib.

Malam harinya sebelum sharing, saya, Camelia, dan Gatya ke rumah Puput untuk meminta air panas untuk membuat pop mie. Karena jalan menuju rumah Puput melewati rumah Verdy, kami memanggil Verdy dari luar rumahnya dan masuk ke rumahnya. Teranyata di dalam rumahnya ada Reza, Putri, dan Puput. Maka kami berbincang sambil menunggui Verdy selesai makan malam. Setelah itu, kami menuju rumah Puput untuk makan pop mie. Karena sudah pukul 7.30 malam, kami menuju balai desa untuk sharing. Ternyata tempat sharing di pindah menjadi di rumah orang tua asuh Dika.

Disana kami diceritakan pengalaman hidup orang tua asuh Dika dari nol sampai bisa sukses seperti sekarang ini. Setelah selesai sharing, kami tidak segera pulang ke rumah masing-masing karena masih ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama teman di desa Sukomangli. Kmai berbincang di depan rumah saya sampai larut malam sampai akhirnya Bella mengajak kami untuk pulang.

Selasa, 19 Januari 2010, kelas kami berencana pergi ke luwung-luwung karena beberapa di antara kami ada yang belum kesana. Pukul 04.30 pagi saya sudah bangun sesuai kesepakatan, 04.30 kami berangkat. Saya duduk di luar rumah namun tidk ada satu teman sayapun yang melintas. maka saya memutuskan untuk menghampiri rumah teman-teman saya. Saya selesai menjemput teman-teman pukul 05.30 dan langit sudah sangat terang. Tapi kami tetap pergi ke luwung-luwung walaupun langit sudah terang. Pukul 6 pagi kami sudah memutuskan untuk pulang karena akan segera bersiap untuk pulang ke Semarang. Pukul 07.30 saya sudah siap namun saya melihat guru saya masih berpakaian santai. Maka saya memutuskan untuk pergi ke rumah teman saya terlebih dahulu. Disana saya membantu membawakan bawaan teman saya yang cukup banyak. Sesampainya di balai desa, ternyata para siswa sudah berkumpul. Saya merasa sedih karena saya yakin pasti saya tidak kebagian tempat duduk lagi. Ternyata benar, sepanjang perjalanan pulang saya duduk di koper.

Sebelum berangkat Winda merasa kasihan dnegan saya dan memberikan tempat duduknya kepada saya, tetapi dengan syarat sesampainya di kantor kecamatan, saya sudah harus berdiri. Nasib saya sepanjang perjalanan pulang ternyata tidak seindah yang saya bayangkan karena saya kebagian tempat duduk. Kaki saya terjepit koper dan tidak bisa diangkat, maka saya menghadap ke samping, bukannya ke depan. Saya bersandar di Yani karena punggung saya terasa pegal. Namun posisi itu juga tidak cukup nyaman karena kepala saya bersandar di kaca dan terus merasakan getaran setiap melewati jalanan yang belum diaspal itu sehingga membuat saya pusing. Yoga menyandarkan kepala di atas tas yang ada di perut saya. Penderitaan saya semakin bertambah ketika saya mendapat kabar bahwa bis tidak mampir di kantor kecamatan untuk menurunkan 7 siswa dari kelas XI susulan. Sepanjang perjalanan saya terus merasa pusing, kesemutan, dan pegal menahan berat badan Yoga.

Akhirnya setelah melalui perjalanan yang panjang, bis kami sampai di SMA 3 Semarang dan kami segera turun untuk mencari udara segar yang tidak kami dapatkan selama kami di dalam bis yang pengap itu. Kami pulang dengan perasaan gembira dan mengantongi banyak pengalaman berharga yang hanya bisa kami dapatkan dari ekgiatan live in.

1 komentar:

Si Ghamdan said...

kasihan sekali dikau nak, menahan berat badannya si nonog. yang sabar ya...

January 29, 2010 at 10:18 PM

Post a Comment