Malam Sharing Pertama

Keindahan Kopel

Kegiatan Hari Kedua

Hari Pertama di Desa

Pages

Narasi Dyan Pramandhita

2/1/10



Sabtu,16 Januari 2010
.
Hari ini,aku berangkat ke Desa Sukomangkli untuk mengikuti acara live in. Aku berangkat dari rumah jam 05.30 karena direncanakan apel pagi sebelum pemberangkatan pukul 06.00 tapi ternyata acaranya molor sampai pukul 07.00. Setelah mengikuti apel pemberangkatan aku dan teman-teman sekelas (X-olim) melanjutkan perjalanan menuju Kendal atau tepatnya Desa Sukomangkli. Kami berangkat dari SMA 3 menggunakan bis kecil. Tapi,ternyata bisnya penuh sesak dan sumpek beberapa dari kami bahkan ada yang berdiri dan duduk di tas karena tidak kebagian tempat duduk. Pukul 10.00 kami pun tiba di Kecamatan Patean untuk mengikuti apel di kecamatan. Sekitar 30 menit kemudian kami meneruskan perjalanan ke Desa Sukomangkli. Letak tersebut tidak begitu jauh dari Kecamatan Patean dan alun-alun Sukorejo.

Akhirnya sekitar pukul 11.00 kami sampai di Desa Sukomangkli. Jalan masuk ke desa tersebut belum diaspal dan masih bergelombang. Di Desa tersebut kebanyakan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani karet. Disana aku juga menemukan pabrik pengolahan karet. Sewaktu kami masuk ke desa di kanan kiri jalan terdapat banyak hutan karet.

Setelah itu,kami berkumpul di Balai Desa untuk mendapat orang tua asuh. Di Desa Sukomangkli kami anak X olim tinggal serumah dengan anak X-7 dan XI susulan. Ternyata aku mendapatkan orang tua asuh yang bekerja sebagai pedagang,Ibu Tien (Bu Titin) . Selama 3 hari aku akan tinggal di rumah Bu Titin bersama Adhisty. Kesan pertama saat aku bertemu dengan beliau tampak jelas sosok keibuan dari Bu Titin (hehehehe :P). Setelah mendapat pembagian orang tua asuh,aku dan Adhisty langsung menuju rumah Bu Titin. Sesampainya di rumah Bu Titin aku langsung disuguhi berbagai macam makanan. Ternyata Bu Titin telah repot-repot menyiapkan makanan untuk menyambut kedatangan kami (hehe GR bgt). Bu Titin tinggal bersama 2 anaknya dan menantunya,mbak Nining. Di rumahnya Bu Titin membuka warung dan berjualan gorengan untuk menopang hidup. Suami Bu Titin sudah lama meninggal dan akhirnya Bu Titin lah yang menjadi kepala keluarga dan kerja banting tulang untuk menhidupi anaknya (hiks  )
Setelah bercakap-cakap sejenak dengan Bu Titin dan mbak Nining kami berdua bermaksud membantu Bu Titin dengan berjualan di warung. Tetapi beliau malah menyuruh untuk istirahat dulu. Aku beruntung mendapat orang tua asuh seperti Bu Titin. Sore harinya kami membantu Bu Titin berjualan di warung. Warung Bu Titin bisa dibilang lumayan lengkap.

Ternyata, Sukomangkli di sore hari udaranya sangat dingin. Hufth... untung Bu Titin baik hati membuatkan teh hangat untuk kami berdua. Padahal kami berdua sudah menolaknya dan berniat membuat teh sendiri. Sehabis magrib,aku dan teman-teman kelas X-olim berkumpul di balai desa untuk mengikuti acara sharing dengan wali kelas kami,Pak Ikhwan. Beliau meminta kami satu persatu untuk menceritakan keadaan orang tua asuh dan pekerjaan orang tua asuh kami. Ketika tiba giliranku,aku menceritakan keadaan dan Bu Titin dan apa rencana kegiatan kami besok. Kata Bu Titin besok kegiatanku dan Dhisty hanya menjaga warung. Memang terasa membosankan tetapi kata Pak Ihkwan semua harus dijalani dengan ikhlas tanpa banyak mengeluh.
Acara pun kami lanjutkan denghan mengbrol sana-sini dan saling bercanda. Pukul 21.30 kami pulang ke rumah orang tua asuh kamidan bersiap-siap menuju Pulau Kapuk (:P).

Minggu,17 Januari 2010
Hari ini aku bangun jam 04.30. Ketika aku bangun aku sudah melihat Bu Titin menggoreng gorengannya. Aku lalu membantu Bu Titin menggoreng mendoan,membuat tahu susur dan menggoreng tela. Rencananya pada pukul 05.00 anak-anak olim berkumpul di koppel untuk melihat matahari terbit. Tapi,aku tidak bisa ikut karena tidak enak untuk meninggalkan pekerjaanku.

Sekitar pukul 06.00 aku selesai membantu Bu Titin menggoreng gorengan. Sebenarnya,aku dan Dhisty berencana untuk menjajakan gorengan keliling kampung tetapi Bu Titin melarang kami. Setelah aku membantu Bu Titin menjual gorengan,aku menuju koppel untuk bergabung bersama anak-anak olim. Ternyata anak-anak olim sudah selesai melihat matahri terbit (ya ...ketinggalan ). Jalan untuk menuju koppel harus melalui kuburan dan sebuah lapangan yang mirip dengan lapangan di film Twilight. Sayang sekali akhirnya aku tidak bisa ke koppel.
Setelah itu,aku dan anak-anak olim pilang ke rumah masing-masing untuk membantu pekerjaan orang tua asuh kami. Sesampainya di rumah,aku menanyakan kepada Bu Titin apa yang dapat aku dan Dhisty lakukan hari ini. Bu Titin hanya berkata tugas kami hari ini hanya menjaga warung.

Sembari menjaga warung aku bergosip ria dengan Dhisty mengenai apa yang ada di sekolah (hehehe :D). Sekitar pukul 08.00 aku mandi,ternyata pada pagi hari air di Sukomangkli berubah menjadi sedingin es (lebay de :P). Tapi,tak apalah aku tetap memaksakan untuk mandi.
1 jam kemudian,aku dan Dhisty mulai bosan menjaga warung. Kami pun pamit kepada Bu Titin untuk berjalan-jalan sebentar. Bu Titin pun mengijinkan kami. Sewaktu berjalan-jalan kami bertemu dengan Titak dan teman serumahnya,Putri. Mereka juga sedang berjalan-jalan karena tidak ada kegiatan di rumah orang tua asuh mereka. Dan akhirnya, kami pun bergabung dan memulai petualangan kami . Kami berkeliling desa,melintasi kebun karet dan melihat aktivitas teman-teman kami. Saat kami berjalan-jalan,kami bertemu dengan Sita,Nova,Rahma dan satu lagi temannya. Ternyata mereka sedang menjajakan jamu dan kami ditodong untuk membelinya.

Daripada tidak ada kerjaan,kami mengikuti mereka untuk menjajakan jamu. Dan untuk pertama kalinya saat itu,aku menggendong jamu. Rasanya seperti mau jatuh padahal botol-botol jamu tersebut tidak terlalu berat (:P). Kami pun menjajakan jamu. Sewaktu aku menjajakan jamu,kami bertemu dengan teman-teman yang sedang menjalani aktivitasnya bersama dengan orang tua asuhnya.

Setelah selesai menjajakan jamu,aku dan Dhisty pulang ke rumah Bu Titin dan membantu berjualan. Pada siang harinya,banyak teman-teman yang membeli jajan di warung kami setelah pulang dari aktivitasnya. Siang harinya,aku membantu Bu Titin menyiapkan makanan untuk makan siang kami.

Setelah makan siang dan membantu Bu Titin sebntar aku dan Dhisty tidur siang untuk mengistirahatkan pikiran kami sejenak (cieelah,lebay). Setelah tidur siang,aku kembali menyakan kepada Bu Titin pekerjaan apa yang dapat kami bantu. Tapi tentu saja Bu Titin bilang,tugas kami hanya menjaga warung. Sebenarnya,bosan juga kalau kami hanya menjaga warung saja tetapi aku teringat pesan Pak Ikhwan agar selalu menjalanai kegiatan dengan ikhlas.

Ya udah sipp lah.

Sore harinya setelah mandi,aku minta ijin ke Bu Titin sebentar untuk pergi bersama temanku,Tia. Kami berdua saling bercerita mengenai orang tua asuh kami sembari mengitari Desa Sukomangkli. Di jalan kami bertemu dengan Adin dan kembali bercerita mengenai aktivitas
apa saja yang kami lakukan.

Sewaktu berjalan-jalan hujan mulai turun dan akhirnya kami berteduh di rumah Safira. Setelah hujan reda,kami kembali ke rumah dan mulai bersiap untuk mengikuti sharing pada malam harinya. Sekitar pukul 18.30 aku berangkat sharing bersama dengan Bela,Kum,Isti,Windha,Lisa,Nova dan Sita. Pada malam hari jalan di Sukomangkli sangat gelap dan akhirnya kami pergi ke balai desa dengan bergandengan tangan. Setelah sampai di balai desa kami pun memulai acara sharing seperti kemarin. Tapi berhubung aku sudah mengantuk,aku hanya mendengar acara sharing setengah-setengah (:P). Setelah acara selesai kami meunuju rumah masing-masing dan bersiap untuk sampai ke Pulau Kapuk.

Senin,18 Januari 2010
Seperti biasa aku dan Dhisty bangun dan membantu Bu Titin menggoreng gorengan. Tapi ada yang berbeda pada pagi ini,Bu Titin mengijinkan kami untuk menjajakan gorengan. Dengan bermodalkan 20 biji gorengan pertama,cabe rawit dan plastik kami siap untuk menjajakan gorengan . Pelanggan pertama kami adalah guru kami sendiri,Pak Ikhwan. Beliau membeli 4 biji gorengan. Kemudian kami mulai menjajakan dan menodong gorengan ke teman-teman kami. Dan yang paling banyak membeli adalah Irham. Dia memborong seluruh gorengan kami (weyjand,selamat ya ham!). Setelah mengambil gorengan di rumah Bu Titin kami kembali menjajakan gorengan pada teman-teman.

Sekitar pukul 08.00,pekerjaan kami selesai dan kami mulai membantu Bu Titin untuk menyiapkan sarapan pagi. Setelah membantu menyiapkan sarapan aku bergegas mandi. Dan ternyata airnya masih dingin seperti kemarin padahal aku kira,kalau mandinya semakin siang tidak dingin lagi. Tapi survey membuktikan dan hasilnya ternyata SAMA SAJA. Setelah aku mandi dan sarapan aku kembali membantu Bu Titin berjualan di warung. Sekitar 1 jam kemudian Bu Titin pergi ke pasar untuk kulakan,tetapi kami tidak boleh ikut karena kata beliau jalan ke pasar sangat jauh dan beliau membawa banyak bahan dagangan. Akhirnya kami pun kembali menjaga warung dengan ditemani mbak Nining,menantu Bu Titin.

Siang harinya setelah membantu menjaga warung kami berdua minta ijin kepada mbak Nining untuk pergi keluar. Pada saat kami keluar kami bertemu dengan Bayu,Kamal dan Yosua. Kami diberi rambutan karena pada saat itu mereka sedang panen. Mereka memanen rambutan tidak sendirian melain ditemani dengan Bu X (karena aku lupa namanya makanya aku tulis X :P). Ternyata Bu X bisa meramal. Dia bisa melihat sifat dan karakter orang dari wajah. Walaupun mau tidak mau tetap saja aku di ramal. Katanya aku ini orangnya emosian,tapi mudah memaafkan dan selalu ceria walaupun ada masalah. Dan kata ibunya,wajahku mirip dengan Widi Vierra (heheh )

Semakin siang,semaikn banyak orang yang berkumpul di rumah Bu X untuk mendengarkan ramalan Bu X. Akhirnya,aku,Bayu dan Yani pergi ke rumah Yani untuk bermain. Awalnya kami berniat bermain monopoli untuk itu kami pergi ke rumah Mahardika a.k.a Slim. Ternyata setelah sampai di warungnya Slim,barang yang kami ingin ternyata tidak ada. Daripada pulang dari warung tersebut dengan tangan kosong aku dan Bayu memutuskan untuk bermain malingan dan truf bersama dengan Yani.

Siang harinya,seperti biasa aku membantu Bu Titin menjaga warung lagi. Pada pukul 13.00 aku dan teman-teman di ajak Pak Ikhwan ke pabrik karet untuk melihat proses pengolahan karet. Disana kami mendapat banyak ilmu (ceilah :P). Setelah dari kebun karet kami mampir ke rumah Shena. Shena tinggal di rumah Sekertaris Desa yang rumahnya bisa dibilang lumayan. Setelah dari rumah Shena kami menuju ke lapangan untuk melihat teman-teman kami bermain bola melawan anak-anak Desa Sukomangkli. Sembari menunggu,kami bermain di teblek nyamuk tidak lupa yang kalah diberi bedak disana-sini. Alhasil,aku banyak mendapat coretan karena aku kalah (HUFTH! )

Setelah bermain teblek nyamuk,kami kembali ke rumah masing-masing dan bersiap mengikuti sharing. Tapi kali ini ada yang berbeda. Sharing kali ini Pak Ikhwan mengajak kami ke rumah orang tua asuh dari Slim untuk mendengarkan kisah tentang perjuangan hidup untuk menjadi “orang” seperti sekarang ini . Orang tua asuh dari Slim bekerja sebagai pedagang. Beliau ditinggal mati suaminya ketika anak pertamanya berusia 13 tahun. Dengan banting tulang,beliau menghidupi ke 8 anaknya dengan menjadi pembuat tempe dan akhirnya anak-anaknya mencapai kesuksesan sekarang. Cucu dari beliau juga ada yang menjadi artis yaitu Vannesa. (wah..). Kami mendapat banyak pelajaran berharga dari sharing kali ini yaitu tidak putus menghadapi masalah,selalu berusaha dan berdoa dalam mencapai kesuksesan dan tentunya tidak pantang menyerah.

Setelah mengikuti sharing kami tidak langsung akan tetapi menunggu anak kelas X-7 untuk pulang bersama. Akhirnya sekitar pukul 22.00 kami pulang ke rumah orang tua asuh kami dan beristirahat ke Pulau Kapuk (lagi!).


Selasa,19 Januari 2010
Ini adalah hari terakhirku di Sukomangkli. Sedih rasanya harus meninggalkan desa ini. (hiks ). Tetapi sebelum pulang aku dan Dhisty menyempatkan diri membantu Bu Titin untuk terakhir kalinya. Kami membantu menggoreng gorengan.Setelah selesai membantu Bu Titin kami ijin keluar sebentar untuk menikmati pemandangan di koppel yang terakhir kalinya (halah lebay!). Sekitar pukul 07.00 kami bersiap-siap untuk kembali ke Semarang. Setelah mandi dan makan pagi kami pun berpamitan dengan Bu Titin dan keluarganya. Saat berpamitan kami memberikan kenang-kenangan untuk Bu Titin. Bu Titin juga memberikah oleh-oleh kepada kami dan berpesan agar tidak kapok datang dan main ke rumahnya lagi.

Sekitar pukul 09.00 kami menuju ke Semarang setelah berpamitan dengan para orang tua asuh kami dan sekertaris Desa Sukomangkli. Perjalanan pulang kali ini terasa sangat berbeda. Kondisi di bus bertambah sumpek dan pengap.

Akhirnya sekitar pukul 10.30 kami tiba di SMA 3 Semarang dan bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan dari kegiatan live in. Diantaranya: mencoba untuk lebih sabar, lebih menghargai orang lain, mensyukuri apa yang ada, jangan sering mengeluh dan jangan pantang menyerah. Kegiatan live in merupakan pengalaman berharga yang tidak akan aku lupakan.


Sekian..

0 komentar:

Post a Comment