Malam Sharing Pertama

Keindahan Kopel

Kegiatan Hari Kedua

Hari Pertama di Desa

Pages

Narasi Camelia Evi

2/9/10



Sabtu, 16 Januari 2010

Ini merupakan program character building di sekolah saya, SMA N 3 Semarang, dimana para siswa akan dititipkan pada orang tua asuh selama empat hari. Para siswa diharapkan dapat mengetahui dan merasakan bagaimana kehidupan di pedesaan. Kegiatan ini sudah sangat saya nantikan. Saya pikir ini akan menjadi pengalaman berharga sekaligus menyenangkan yang tak terlupakan.

Akhirnya hari itu datang juga. Sabtu, 16 Januari 2010 kami menuju ke tempat live in. Kelas saya, X-Olimpiade mendapatkan tempat di desa Sukomangkli. Sebelum berangkat, diadakan upacara terlebih dahulu di sekolah. Akhirnya bus mulai berangkat pukul 07.00.
Di dalam perjalanan, saya menghabiskan waktu dengan bercanda bersama teman-teman. Akhirnya kita tiba di kecamatan Patean. Di sana diadakan upacara penyambutan sebentar. Lalu perjalanan dilanjutkan ke desa masing-masing. Kelas saya berpasangan dengan kelas X-7 dan juga kelas XI susulan. Kami menuju desa Sukomangkli.

Sekitar pukul 11.30 saya dan rombongan tiba di desa Sukomangkli. Kami berkumpul di balai desa untuk menunggu orang tua asuh masing-masing. Akhirnya saya bertemu dengan orang tua asuh saya yaitu Ibu Hartinah. Saya tinggal serumah dengan Mila dan Nindy dari kelas X-7 serta Ratri, teman sebangku saya. Namun sayangnya Nindy tidak bisa ikut hari itu, dia akan menyusul pada hari berikutnya. Lalu saya, Mila, dan Ratri langsung menuju rumah Ibu Hartinah.

Rumah Ibu Hartinah tidak jauh dari balai desa. Bahkan dapat dikatakan sangat dekat. Setelah sampai di rumah, kami bertiga berbincang-bincang dengan ibu Hartinah di ruang tamu. Ibu Hartinah menceritakan tentang kehidupan di desa serta tentang keluarganya. Ibi Hartinah dan suaminya, Bapak Sukimin berprofesi sebagai petani. Mereka memiliki dua anak laki-laki, yang satu sedang kuliah di Jogja dan yang satunya bekerja sebagai guru SD di Sukomangkli. Selain sebagai petani, ibu Hartinah juga memiliki kambing dan bebek.
Setelah berbincang-bincang, kami membawa barang-barang bawaan kami ke kamar. Lalu kami disuruh makan siang. Setelah itu, kami melaksanakan shalat dzuhur di mushola, sekaligus berjalan-jalan melihat daerah dekitar situ.

Karena tidak tahu dimana musholanya, kami diantar oleh Lia, keponakan ibu Hartinah. meskipun baru kelas satu SD, Lia sangat pintar berbicara. Dia menceritakan banyak hal ketika mengantarkan saya dan teman-teman ke mushola. Ketika akan kembali ke rumah, kami melewati pohon coklat. lia bilang ingin mengambil buah coklatnya. Kemudian dia meminta izin pemiliknya untuk mengambil buahnya. Dia mengambil dua buah, yang satu diberikan pada kami. Ternyata buah coklat tersebut masih muda. Jadi tidak bisa dimakan.

Kemudian saya menghabiskan hari itu dengan berjalan-jalan bersama teman-teman. Ibu Hartinah mengatakan besok saja kerja dan bantu-bantunya. Saya dan teman-teman pergi ke hutan karet. Pemandangannya sangat mengagumkan. Lalu kami pun tidak menyia-nyiakannya. Kami berfoto-foto di sana. Menyenangkan sekali. Waktu itu pun Lia juga ikut bersama kami. Dia juga mengajak kami untuk pergi ke tempat yang biasa disebut kopel. Katanya kita dapat melihat pemandangan yang bagus dari tempat itu. Tapi teman-teman saya sebagian menolak, katanya besok saja pagi-pagi sekalian melihat matahari terbit.

Baiklah. Lalu saya dan teman-teman pergi ke lapangan sepakbola. Lapangan sepakbola yang dikelilingi hutan karet, terlihat begitu nyaman dan mengagumkan. Meskipun berada dekat kuburan, tapi tidak mengurangi keindahan tempat itu. Kami disana sebentar untuk menikmati suasana yang begitu nyaman dan tentram serta tidak lupa berfoto-foto. Setelah itu kami memutuskan untuk pulang.

Kemudian malam harinya, saya dan teman-teman X-Olimpiade serta XI susulan mengadakan sharing di balai desa. Setiap anak menceritakan apa yang sudah dilakukannya, diselingi dengan canda dan tawa. Benar-benar suasana yang menyenangkan. Akhirnya kami mengakhiri sharing sekitar pukul 21.30. Kami pulang ke rumah masing-masing.

Minggu, 17 Januari 2010
Keesokan harinya, saya dan Ratri bangun pukul 04.45. Saya dan teman-teman sudah berencana untuk pergi ke kopel untuk melihat matahari terbit. Rencananya kami berkumpul di balai desa terlebih dahulu pukul 05.00. Tetapi ketika saya dan Ratri kesana, tidak ada siapa-siapa. Kami hanya bertemu dengan teman kami Gatya yang memang rumahnya berada di depan rumah kami. Akhirnya saya dan teman-teman saya baru dapat berkumpul sekitar pukul 05.30. tentu saja rencana untuk melihat matahari terbit gagal. Tapi tidak mengapa, kami pun tetap pergi bersama-sama ke kopel.

Ternyata kopel berada di dekat lapangan bola. Kopel itu seperti rumah-rumahan bertingkat. Dan benar! Kita dapat melihat pemandangan yang sangat mengagumkan dari atas sana. Kita dapat melihat pemandangan di bawah yaitu hutan karet, sawah dan lain-lain. Sangat indah. Kami juga berfoto-foto disana. Setelah puas, kami memutuskan untuk pulang ke rumah.

Hari ini saya, ratri, dan Mila rencananya akan diajak ke sawah oleh Ibu. Teman kami, Riska dan Aghe serta Lia ternyata juga ikut bersama kami. Kami pergi ke sawah sekitar pukul 08.00. Perjalanan menuju ke sawah ternyata tidak sedekat yang saya pikirkan. Cukup jauh dan melelahkan. Tetapi tetap mengasyikkan.

Setelah melewati jalan yang cukup susah untuk dilalui serta berkali-kali jatuh dan terpeleset, akhirnya kami pun sampai di sawah milik Ibu. Ibu memiliki tanaman ketela dan jagung di sawahnya. Sawah itu pemberian orang tua katanya. Kemudian kami mulai membantu ibu mencari ketela. Ternyata tidak mudah. Ketelanya masih sedikit yang sudah bisa diambil. Belum waktunya panen sepertinya. Saya hanya mendapatkan tiga ketela. Di sawah tersebut juga ada tanaman berdurinya. Tangan dan kaki saya menjadi lecet-lecet tergores durinya.

Kami di sawah sampai sekitar pukul 11.00. Setelah itu memutuskan untuk pulang. Sebelumnya kami mengambil beberapa jagung terlebih dahulu. Kata Ibu mau dibuatkan jagung bakar. Pejalanan pulang cukup melelahkan, melewati jalan yang tidak mudah untuk dilewati. Harus berhati-hati agar tidak jatuh atau terpeleset. Kemudian kami sampai di rumah. Kami memutuskan untuk mandi. Setelah itu kami makan siang.

Karena sudah tidak ada lagi yang akan dikerjakan, saya dan Ratri memutuskan untuk berkunjung ke rumah teman-teman meskipun sebenarnya di dalam peraturan live in tidak diperbolehkan saling berkunjung ke rumah teman pada jam-jam sibuk. Pertama, saya dan teman-teman berkunjung ke rumah Siti. Di sana kita mengobrol sebentar. Kemudian kami berkunjung ke rumah Safira. Kami cukup lama berada di sana. Mengobrol, saling curhat, dan juga menghabiskan makanan Safira. Hehehe. Karena merasa sudah cukup lama bermain, kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Sampai di rumah, sore hari, ternyata Nindy sudah datang. Kemudian kami berbincang-bincang dengan Nindy.

Malamnya kami sharing lagi. Menceritakan apa saja yang dialami pada hari itu. Tertawa dan bercanda. Seru sekali. Tetapi karena hari itu banyak yang kelelahan, sharing berlangsung lebih cepat dari sharing sebelumnya. Setelah selesai, kami pun pulang. Sebelumnya kami membuat rencana besok pagi-pagi akan pergi ke luwung melihat matahari terbit, tempat dimana kita bisa melihat pemandangan, sama seperti kopel.

Senin, 18 Januari 2010
Keesokan harinya, saya dan Ratri bangun pukul 04.30. Dan hal yang sama lagi-lagi terjadi. Tidak sesuai rencana, kami terlambat dari waktu yang direncanakan. Gagal melihat matahari terbit. Tapi tidak mengapa, pemandangan di luwung sudah membuat kami puas. Di sana, seperti biasa, kami berfoto-foto. Setelah puas, kami pulang.

Hari ini saya, Ratri, Mila, dan Nindy rencananya akan pergi ke sawah lagi. Tapi kali ini bersama Bapak, bukan Ibu. Melewati jalan yang sulit dilalui, tapi tidak sejauh perjalanan kemarin. Ternyata kami bukan pergi ke sawah. Ya, bukan sawah, tetapi sebidang tanah di daerah hutan karet. Ternyata Bapak mempunyai beberapa pohon kopi di situ. Masih kecil tanamannya.

Pohon kopi tersebut baru saja disambung agar menghasilkan buah yang baik. Di sana kami tidak banyak membantu karena memang tidak ada yang perlu dikerjakan. Bapak hanya ingin menunjukkannya saja. Di sana kami duduk dan bercerita banyak dengan Bapak tentang kehidupan. Saya banyak belajar dari apa yang diceritakan Bapak. Setelah itu kami pulang ke rumah. Kami sempat mampir sebentar ke daerah pabrik. Kami melihat rusa yang ada di sana. Lucu dan menggemaskan. Saya juga sempat bermain ayunan di sana.

Ketika kami sampai di rumah, saat itu masih pagi. Lagi-lagi tidak ada yang akan dikerjakan. Lalu saya dan Ratri main ke rumah teman. Kami main ke rumah Kumala. Rumah Kumala sangat nyaman. Kami berada di sana cukup lama. Karena hari sudah mulai siang, akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

Hari ini rencananya kami semua, peserta live in desa Sukomangkli akan berkunjung ke pabrik pengolahan karet. Kami berkumpul di balai desa pukul 01.00. Kemudian kami menuju ke pabrik. Di sana kami melihat tahap-tahap pengolahan karet. Baunya yang tidak sedap sangat menyengat. Setelah selesai dari pabrik karet, saya dan teman-teman berencana pergi ke lapangan bola. Anak laki-laki akan bermain bola, hitung-hitung berlatih untuk bermain ligasha. Sebelum ke lapangan, kami mampir dahulu ke rumah Yasin dan Dian. Saya sempat meminjam sepeda kepada anak di daerah situ. Saya besepeda dengan Siti, saya membonceng berdiri di belakang. Saya berteriak-teriak sepanjang jalan karena ketakutan. Meskipun begitu saya merasa senang karena itu sangat seru.

Setelah dari rumah Dian, kami langsung menuju lapangan bola. Anak laki-laki bermain bola, sedangkan anak perempuan bermain kartu. Kami, anak-anak perempuan, bermain permainan tepuk nyamuk. Seru sekali. Bagi yang kalah mukanya akan dicoreng dengan bedak. Permainan itu dengan suksesnya membuat muka saya rata dengan bedak. Sangat menyenangkan bermain bersama teman-teman. Hari makin sore, kami memutuskan untuk pulang.

Malam hari, sharing tidak dilaksanakan seperti biasa. Sharing kali ini dilaksanakan di rumah Dika. Pada sharing kali ini orang tua asuh Dika bercerita bagaimana dia menjalani kehidupannya hingga akhirnya dia dapat membesarkan anak-anaknya menjadi sukses semua. Salah satu dari anaknya adalah ibu dari seorang artias, yaitu Vanessa Angel. Jadi, Vanessa Angel adalah cucunya. Banyak nilai-nilai yang dapat diambil dari cerita orang tua asuh Dika tersebut. Pukul 10.00 acara sharing selesai. Kami pulang ke rumah.

Tapi karena ini malam terakhir, rasanya tidak rela mengakhiri malam itu begitu saja. Kami pun tidak langsung pulang, tetapi berkumpul dan mengobrol di depan rumah yang ditempati Pak Ikhwan, wali kelas X-Olimpiade. Kami di sana hingga larut. Karena lama-lama merasa ngantuk, akhirnya kami pulang.

Selasa, 19 Januari 2010
Hari ini saatnya pulang. Kami diminta sudah berkumpul di balai desa pukul 07.00. Sebelum pulang, kami berpamitan dengan Ibu dan Bapak. Rasanya tidak rela berpisah dengan mereka dan meninggalkan desa Sukomangkli. Saya dan teman-teman serumah saya memberikan kenang-kenangan pada Ibu dan Bapak. Berharap mereka menyukainya.
Sebelum pulang, dilaksanakn penyerahan plakat terlebih dahulu. Barulah setelah itu pulang. Akhirnya sampai di SMA N 3 sekitar pukul 11.00. Lalu saya dijemput pulang oleh kakak saya.
Begitulah pengalaman saya dalam Live In. Sangat menyenangkan dan tidak akan terlupakan.

0 komentar:

Post a Comment